REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) dan Cina mengeluarkan pernyataan bersama yang memastikan kedua negara itu akan menandatangani Kesepakatan Iklim Paris bulan depan.
Keduanya menyatakan akan mengambil semua "langkah dalam negeri" yang diperlukan untuk bergabung dalam kesepakatan itu sesegera mungkin. Mereka juga mendorong negara-negara lain untuk menandatangani dokumen di markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada April.
Paling tidak 55 negara yang mewakili 55 persen emisi harus menandatanganinya agar traktat bisa diberlakukan. Ini adalah kesepakatan bersama ketiga dalam dua tahun terakhir dari dua penyumbang emisi terbesar terkait masalah perubahan iklim.
Sebelumnya pada November 2014, kedua pemimpin negara tersebut menyampaikan kerangka rencana mereka guna membatasi emisi karbon. Tindakan ini bisa menjadi inspirasi negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama.
Pada perundingan Paris akhir tahun lalu, kehadiran dan dukungan Presiden Cina Xi Jinping dan Presiden AS Barack Obama sangatlah penting dalam memastikan terjadinya kesepakatan yang menyeluruh dalam jangka panjang.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon telah mengundang para pemimpin dunia untuk acara ini. Ban berharap sekitar 120 negara bisa hadir pada 22 April 2016.
"Pernyataan bersama AS dan Cina akan menandatangani dan bergabung dengan Perjanjian Paris sedini mungkin tahun ini mengirimkan sinyal yang sangat kuat," kata aktivis lingkungan World Resources Institute David Waskow seperti dikutip dari laman BBC, Jumat (1/4).