Jumat 01 Apr 2016 19:49 WIB

Cegah Terorisme Nuklir Jadi Agenda Utama Konferensi Keamanan Nuklir

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Dwi Murdaningsih
Presiden Barack Obama (kiri) mendengarkan Presiden Cina Xi Jinping berbicara saat pertemuan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir di Washington, Kamis, 31 Maret 2016.
Foto: AP Photo/Jacquelyn Martin
Presiden Barack Obama (kiri) mendengarkan Presiden Cina Xi Jinping berbicara saat pertemuan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir di Washington, Kamis, 31 Maret 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pencegahan terorisme nuklir menjadi agenda utama dalam Konferensi Keamanan Nuklir yang digelar setiap dua tahun, Jumat (1/4). Konferensi digelar di Washington dan dihadiri lebih dari 50 negara.

"Ini jelas sebuah kesempatan untuk kita sangat perhatian pada keamanan nuklir, memastikan bahwa materi nuklir tidak jatuh ke tangan teroris," kata Presiden Amerika Serikat, Barack Obama selama pertemuan dengan Presiden Prancis, Francois Hollande dalam persiapan konferensi.

Ia merujuk pada serangan teror di Brussels pekan lalu dan Paris tahun lalu. Obama mengatakan bahwa negara-negara di seluruh dunia punya peran besar dalam menghapuskan momok terorisme.

Sebagai bagian dari upaya tersebut, para delegasi konferensi akan mendiskusikan rencana untuk mengurangi sejumlah materi nuklir. Lagi, meningkatkan keamanan terhadap stok nuklir yang sudah ada.

Sesi khusus digelar untuk mendiskusikan aksi nasional demi meningkatkan keamanan nuklir. Termasuk melawan upaya ISIS juga kelompok teror lainnya dalam mendapatkan bahan nuklir.

Para delegasi juga berencana untuk membahas dan berbagi soal upaya yang telah dilakukan untuk menghilangkan materi nuklir. Pemerintah AS telah merilis hasil kerjanya dalam hal tersebut pada Kamis.

Pemerintah Obama mengatakan AS telah mengurangi stok materi kaya uraniumnya. Bahan tersebut dinilai bisa digunakan untuk membuat senjata nuklir. Menurut laporan, AS punya 586 metrik ton uranium pada 2013, turun dari 741 metrik ton pada 1996.

Dalam Konferensi pada Kamis, Obama bertemu dengan pemimpin Cina, Jepang dan Korsel untuk mendiskusikan Korut. Pada Jumat, Obama mulai konferensi dengan isu kunci nuklir lain yaitu perjanjian dengan Iran.

Ia bertemu dengan para sekutu yang mendukung kesepakatan. Mereka sepakat untuk mengurangi sanksi ekonomi terhadap Iran. Diantara negara-negara bernuklir, hanya satu yang tidak hadir dalam konferensi, yaitu Rusia.

Wakil penasihan keamanan nasional Obama, Ben Rhodes menyebut Rusia kehilangan kesempatannya karena tidak hadir dalam konferensi. Ini adalah konferensi keamanan nuklir terakhir bagi Obama. Ia menggelarnya pertama kali pada 2010 lalu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement