REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Sesosok algojo 'buldoser' ISIS tertangkap kamera tengah melaksanakan eksekusi di Mosul, Irak. Spekulasi pun berkembang menyusul beredarnya video eksekusi yang memperlihatkan algojo tanpa penutup wajah tersebut.
Dilansir dari Daily Mail, Sabtu (2/4), tampak sebuah video yang menunjukkan seorang militan berjenggot berdiri di belakang tiga tahanan. Ketiga tahanan berbaju oranye dengan mata tertutup itu berlutut siap dipenggal di tengah-tengah jalanan yang sibuk di Irak.
Kemunculan sosok ini menimbulkan spekulasi ia mungkin monster yang dikenal dengan julukan Buldoser, salah satu algojo berdarah kelompok teror itu. Buldoser diketahui tidak pernah menunjukkan wajahnya pada kamera, seperti para militan lain yang tidak berusaha menyembunyikan identitasnya.
Dia diperkirakan berasal dari Kurdi, laiknya orang-orang berkostum oranye di tangannya. Sebelum menggorok leher dan memenggal kepala mereka, algojo tersebut mengancam pasukan Kurdi Peshmerga yang menyerang ISIS dan presiden Kurdi, Masoud Barzani. Orang ketiga dieksekusi dengan cara yang sama sebelum si pembunuh mengarak salah satu kepala korban ke lokasi sekitar.
Buldoser telah memenggal para pria dan memotong anggota badan anak-anak yang tidak mau bergabung ISIS. Seorang anak Suriah berusia 14 tahun, Omar, menceritakan bagaimana ekstremis sosok menjulang hitam memotong tangan dan kakinya karena ia menolak bergabung ISIS.
Omar, yang ditangkap saat berjuang untuk kelompok pemberontak, mengalami penyiksaan selama lebih dari satu bulan. Ia mengatakan, para buldoser itu mengumpulkan sekelompok besar anak untuk menonton amputasi. Sisa-sisa menit terakhir video ini menggambarkan pelaksanaan eksekusi dengan amat grafis.
Video propaganda terbaru itu muncul setelah ISIS mengalami kerugian besar di bagian utara Raqqa, kawasan pusat Suriah. Pasukan Demokratik Suriah yang didukung oleh serangan udara AS mendapatkan lahan signifikan.
Video tersebut tampaknya fokus pada serangan udara baru-baru ini di wilayah ISIS di Suriah dan Irak. Mereka mengklaim eksekusi tersebut sebagai pembalasan atas kematian warga sipil.