REPUBLIKA.CO.ID, BRENNER -- Austria berencana menempatkan tentaranya di Brenner, perbatasan dengan Italia. Penempatan tentara itu untuk membendung kemungkinan peningkatan jumlah migran yang berupaya masuk ke Eropa bagian utara.
Menteri Pertahanan Hans Peter Doskozil, kepada surat kabar Jerman, Sabtu (2/4), Austria mengatakan negaranya sedang mempersiapkan pengendalian lebih ketat jika diperlukan. Pada Februari, Austria menerapkan peraturan ketat perbatasan hingga membuat jumlah migran ke Jerman menurun tajam.
Namun, pernyataan-pernyataan yang dikeluarkan Menteri Doskozil tampaknya memperkeras wacana. "Selama perbatasan luar Uni Eropa masih belum dijaga secara efektif, Austria akan segera memperkuat pengawasan ketat di perbatasan. Itu berarti akan ada pengendalian perbatasan besar-besaran di Brenner dan dengan (mengerahkan, red) tentara," kata Doskozil kepada surat kabar Die Welt, seperti disadur Reuters, Ahad (3/4).
Tentara yang sudah mulai membantu kepolisian dalam menangani para migran di perbatasan. "Bisa membantu melindungi perbatasan, pendaftaran migran, tugas kemanusiaan dan pendeportasian para migran," ujarnya.
Dozkovil juga mengulang desakannya agar Uni Eropa mengerahkan misi sipil-militer untuk mendukung badan kerja sama perbatasan, Frontex, yang dibutuhkan di perbatasan-berbatasan luar, kemungkinan di Yunani, Bulgaria atau Italia. "Dengan ditutupnya rute migran melalui Balkan dan Austria, jumlah migran yang masuk ke Jerman dari Austria menurun lebih dari tujuh kali lipat pada Maret menjadi di bawah 5.000 orang," kata kementerian dalam negeri di Berlin, Sabtu.
Pada Februari, 38.570 migran tiba, jumlah itu merupakan penurunan dibandingkan pada Januari, yaitu 64.700 orang. Austria merupakan titik masuk utama bagi para migran untuk menyeberang menuju Jerman.
Namun, Wina meyakini rute-rute baru akan muncul melalui Bulgaria atau Albania sementara perlintasan Mediterania ke Italia dari Libya sudah terbuka kembali. Pada Senin, Uni Eropa dan Turki mulai menerapkan kesepakatan, yang ditujukan untuk menghentikan gelombang migran ke Eropa sebagai imbalan atas keuntungan politik dan keuangan yang didapat Ankara.
Menurut kesepakatan, rute utama yang pada tahun lalu dilintasi satu juta migran dari Aegean ke Yunani ditutup. Kanselir Jerman Angela Merkel, yang berada di bawah tekanan untuk menghentikan gelombang migran ke Jerman setelah 1,1 juta orang datang ke negara itu tahun lalu, bersikap kritis soal pengetatan pengawasan perbatasan.
Merkel berkeyakinan kesepakatan Uni Eropa-Turki akan berhasil. "Berdasarkan perjanjian itu, Jerman akan menerima 1.600 migran terlebih dahulu. Sekitar 40 orang kemungkinan tiba pada Senin," kata seorang pejabat kementerian dalam negeri.