REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Garayev mengharapkan Armenia menarik pasukan dan peralatan militernya dari wilayahnya di Nagorno-Karabakh.
"Kami setuju untuk mencari solusi damai, yakni menarik kembali seluruh pasukan Armenia yang menduduki wilayah Azerbaijan," katanya dalam jumpa pers tentang meningkatnya penyerangan Armenia ke Azerbaijan, Jakarta, Jumat (8/4).
Menurut Dubes Azerbaijan, tentara Armenia telah menduduki 20 persen wilayah Azerbaijan dan mengakibatkann satu juta warga Azerbaijan mengungsi dari kampung halamannya. "Bagaimana mungkin ada kedamaian jika Armenia terus menduduki wilayah kami dan militernya tetap berada di sana," ujarnya.
Dia mengatakan pada 2 April 2016, Armenia meningkatkan kegiatan militernya di wilayah konflik yang disertai dengan sejumlah pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yakni kejahatan kepada kemanusiaan. Terkait konflik itu, dia mengatakan Armenia mengebom 32 tempat pemukiman warga, enam warga tewas termasuk dua anak di bawah usia 16 tahun dan 24 warga dengan luka serius.
Selain itu, kerusakan besar yang menimpa kepemilikan benda pribadi dan umum, termasuk infrastruktur umum yang penting, di antaranya 206 rumah pribadi, 69 tiang listrik, dua gardu listrik, saluran air dan pipa gas. "Satu masjid dihantam saat warga beribadah di dalamnya dengan peluru artileri berkaliber tinggi," ujarnya.
Dia mengatakan serangan peluru kendali Armenia diarahkan menyasar fasilitas umum termasuk sekolah, rumah sakit, tempat ibadah. Sebanyak 30 bangunan sekolah rusak akibat serangan itu. "Akibat serangan itu, banyak warga kehilangan hak dasar mereka untuk hidup, kesehatan, kepemilikan, pendidikan, komunikasi dan beribadah," ujarnya.
Dia mengatakan Azerbaijan mengambil langkah yang tepat untuk melawan kekuatan militer Armenia terhadap integritas dan kedaulatan wilayah dan untuk menjamin keamanan penduduk sipil dan kepemilikan properti dalam batas yang diakui secara internasional.
Dia menekankan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan dunia tahu Nagorno-Karabakh adalah wilayah Azerbaijan, hanya satu negara, yaitu Armenia yang tidak mengakui kedaulatan Azerbaijan atas wilayah itu. Menurut laporan Reuters, Azerbaijan dan Armenia merupakan dua bekas negara di bawah Uni Soviet yang pernah terlibat perang memperebutkan wilayah Nagorno-Karabakh pada awal 1990-an.
Perang itu berakhir lewat gencatan senjata pada 1994 namun tidak pernah menghentikan kekerasan.