REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Tiga pekan yang lalu, Tarik Houchar membuka akun Instagram untuk toko fashion onlinenya ‘Hijab House’ yang tak lama kemudian diretas. Peretas atau ‘hacker’ telah merusak akun itu, mengunggah konten anti-Islam dan video Donald Trump.
Toko online ‘Hijab House’ menjual pakaian sopan dalam bentuk gaun ringan, jilbab motif bunga, rok dan celana dengan berbagai gambar dan jenis kain.
"Itu benar-benar merugikan bisnis kami dan, lebih dari itu, itu benar-benar menyakiti pelanggan kami di komunitas kami," ujar Tarik, Direktur ‘Hijab House’.
"Kami memiliki anak perempuan, ratusan gadis mengemail kami setiap hari mengatakan mereka sangat marah dan mereka benar-benar sedih dan mereka rindu melihat foto-foto kami di internet. Dan itu benar-benar memukul saya, bahwa merek kami sungguh signifikan untuk gadis-gadis muda ini," tuturnya, seraya menambahkan bahwa ia juga menerima email bernada rasis.
Tarik melaporkan hal ini ke polisi yang merujuknya ke para penyidik luar negeri. Instagram akhirnya memulihkan kembali akunnya dengan bantuan kepala divisi fashion mereka, dan mantan editor majalah Lucky, Eva Chen.
Serangan itu terjadi di saat semakin banyak rumah mode memasuki pasar pakaian konservatif, mengincar demografi kunci yang menawarkan individualitas dan pakaian indah.
Pada saat yang sama ketika akun Tarik dirusak, sejumlah akun Instagram fashion Muslim lainnya, dari seluruh dunia, juga menjadi target serangan, yang menghapus gambar-gambar di akun itu dan mengunggah konten bernada merendahkan.
Mariam Moufid, seorang blogger fesyen dan gaya hidup dari Stockholm, serta blogger dan stylist Rusia dan Aljazair ‘Nabiilabee’ juga berada di antara mereka yang akunnya diretas. Masing-masing memiliki ratusan ribu pengikut.