REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Bisnis olah raga golf di Korea Selatan kian surut akibat citranya yang elit dan mahal. Data pemerintah menunjukkan sebanyak 234 klub golf di Negeri Gingseng tersebut mengalami kesulitan keuangan, khususnya modal sejak akhir 2014.
Oleh sebabnya Korea Selatan saat ini mendorong supaya olah raga yang satu ini lebih membumi, murah, dan bisa disukai masyarakat umum. Tujuannya bukan menemukan bakat-bakat baru, melainkan mendorong lebih banyak orang menghabiskan uangnya untuk golf demi mengimbangi masa-masa sulit pasar ekspor yang tengah dihadapi Korea Selatan saat ini.
"Golf sudah populer di kalangan masyarakat, namun pada saat yang sama citranya terlanjur elit, mahal, dan boros. Kami merasa golf harus dikembangkan sebagai olah raga murah bagi masyarakat dengan cara mengurangi beban yang harus dibayarkan konsumen, memperluas basis olah raga ini, dan meningkatkan daya saing internasional industri golf," kata Direktur Jenderal Kebijakan Ekonomi di Kementerian Keuangan Korea Selatan, Lee Hoseung, dilansir dari Reuters, Selasa (12/4).
Golf mendapat tempat khusus di hati masyarakat Korea Selatan sejak atletnya, Park Se Ri menjadi juara termuda di Women's Open Amerika Serikat pada 1998. Sayangnya, masyarakat lebih memilih bermain golf secara online atau lapangan indoor ketimbang di lapangan sebenarnya.
Ongkos bergabung dengan sebuah klub golf berbiaya 275,125 dolar AS per orang sejak 2008. Biaya bermain golf untuk satu grup beranggotakan empat orang berkisar 175-220 dolar AS per orang, ditambah lagi honor untuk para caddy sekitar 70-105 dolar AS.
Golf sempat menjadi cabang olah raga dengan kontribusi pendapatan tertinggi hingga 38 persen di era 2000-an. Namun, jumlah peminatnya kian turun. Dari 473 lapangan golf di Korea Selatan, peningkatan jumlah pengunjungnya hanya 5,3 persen pada 2015 dan merupakan terendah dalam tiga tahun terakhir berdasarkan data Korea Leisure Industry Institute.
Supaya permainan golf lebih terjangkau, pemerintah menyarankan operator untuk memperlonggar aturan yang mengharuskan pemain menggunakan mobil golf dan caddy. Klub-klub swasta juga didorong memurahkan tarif hingga 20 persen untuk biaya keanggotaan.