REPUBLIKA.CO.ID PYONGYANG -- Menjelang Kongres langkah partai berkuasa bulan depan, Korea Utara diam-diam mengungkapkan rincian dari program pengembangan senjata untuk pertama kalinya. Rincian menampilkan upaya pengembangan rudal nuklir jarak jauh, meski adanya sanksi internasional.
Sampai saat ini informasi mengenai program senjata Korut sulit didapat. Selama ini pemerintah asing maupun ahli mengandalkan citra satelit untuk mengetahuinya.
Namun kini tidak lagi. Dalam waktu sebulan lebih, Korut akan menerbitkan artikel yang merinci berbagai tes dan kegiatannya yang mengarah ke upaya membangun rudal balistik antarbenua bersenjata nuklir (ICBM).
Alasan pengungkapan menurut analis, yakni Pyongyang ingin meyakinkan dunia dan rakyatnya sendiri bahwa kehebatan nuklirnya sama penting dengan kemahiran mereka. Namun kemampuan sebenarnya yang dimiliki negara terisolir itu tetap tak diketahui.
"Gambar jarak dekat kegiatan uji lapangan belum pernah terjadi sebelumnya di DPRK," kata seorang insinyur kedirgantaraan John Schilling.
DPRK merupakan singkatan dari Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi Korut. Negara komunis ini telah empat kali melakukan tes nuklir dalam 10 tahun terakhir.
Dalam pengungkapan terbaru, media pemerintah Korut melaporkan pada Sabtu (9/4) negara itu telah sukses melakukan uji mesin baru ICBM.Gambar menunjukkan apa yang para ahli sebut mesin dari dua rudal buatan Soviet R-27.
Klaim ini menunjukkan Korut tak berniat mengurangi program nuklirnya meski PBB telah menjatuhkan sanksi. Ahli roket berbasis di AS Michael Elleman mengatakan, pengungkapan menunjukkan uji rudal sebagai bagian membangun narasi bahwa Pyongyang memiliki atau akan memiliki rudal jarak jauh bersenjata nuklir yang bisa mengancam daratan AS.