REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Ash Carter, Kamis (14/4) mengumumkan pasukannya dan peralatan militer akan dikirim untuk keperluan rotasi ke Filipina. Selain itu, AS-Filipina telah memulai patroli bersama di Laut Cina Selatan.
Kedua negara meningkatkan kerja sama keamanan di tengah kekhawatiran bersama atas tindakan Cina di wilayah ini. "Patroli bersama AS-Filipina di Laut Cina Selatan terjadi pada Maret dan yang kedua terjadi awal bulan ini dan akan terjadi secara teratur di masa depan,’’ kata Pentagon.
Cina mengklaim hampir seluruh teritorial Laut Cina Selatan, yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas dalam jumlah besar. Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki mengklaim wilayah yang sama, dimana perdagangan senilai lima triliun dolar AS dikirimkan melalui laut ini setiap tahunnya.
"Negara-negara di Asia-Pasifik menyuarakan keprihatinan reklamasi tanah Cina, serta militerisasi di Laut Cina Selatan. Mereka menyuarakan keprihatinan mereka secara terbuka dan pribadi dalam pertemuan regional, dan forum-forum global," ujar Carter saat di Manila, Filipina.
Filipina telah membantah klaim Cina dalam kasus ini dan telah diajukan ke pengadilan arbitrase internasional.
Carter menambahkan, sebuah pesawat militer AS dan 200 penerbang AS dari Angkatan Udara AS akan berada di Pangkalan Udara Clark, yang merupakan bekas pangkalan Angkatan Udara AS hingga akhir bulan. Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan, AS memperkirakan akan ada tambahan pesawat untuk keperluan rotasi.
Carter menambahkan, lima pesawat penyerang A-10C Thunderbolt dan empat pesawat lainnya tiga helikopter HH-60G Pave Hawk, dan sebuah pesawat operasi khusus MC-130H juga akan berada di Filipina hingga akhir bulan. Selain itu, 75 tentara AS, sebagian besar marinir, akan tetap berada di Filipina untuk mengikuti latihan militer bersama AS-Filipina pekan ini.
"Pasukan akan mendukung peningkatan operasi di kawasan itu," kata Pentagon.
Baca: Australia Diminta Hati-Hati Terhadap Investasi Cina