REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Gempa berkekuatan 7,3 skala Richter (SR) kembali mengguncang Jepang selatan pada Sabtu (16/4) dini hari. Hingga siang ini seperti dilaporkan (Reuters), jumlah korban tewas akibat gempa susulan tersebut mencapai enam orang serta meruntuhkan bangunan-bangunan.
Gempa hebat itu terjadi satu hari setelah gempa lainnya, yang hingga menewaskan sembilan orang di wilayah sama. Pihak berwenang memperingatkan adanya kerusakan di wilayah tersebut sementara laporan berdatangan soal sejumlah orang yang terjebak di bangunan-bangunan yang runtuh, serta kebakaran dan aliran listrik yang terputus.
"Para warga yang tinggal di dekat sebuah bendungan diminta untuk mengungsi karena bendungan dikhawatirkan akan ambruk," kata laporan NHK.
Gempa susulan ini memicu dikeluarkannya peringatan tsunami, kendati kemudian dicabut dan tidak ada keanehan yang dilaporkan di tiga reaktor nuklir di wilayah tersebut, kata seorang pejabat tinggi pemerintahan. Orang-orang, yang masih belum pulih dari kekagetan karena gempa Kamis, berlarian ke jalanan setelah getaran terjadi pada Sabtu pukul 01.25 waktu setempat.
Kebakaran terjadi di sebuah bangunan, yang tampaknya adalah apartemen, di kota Yatshushiro, sementara sejumlah orang terjebak di sebuah rumah panti jompo di kota Mashiki, demikian menurut NHK.
NHK melaporkan ada enam orang meninggal dunia. Sebanyak 760 orang dirawat di rumah-rumah sakit, namun angka itu termasuk "orang-orang yang merasa tidak enak badan". Jadi, belum diketahui secara jelas berapa jumlah orang yang mengalami luka-luka.
Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan hampir 80 orang diyakini terjebak atau terkubur di bawah reruntuhan. Tim-tim tambahan akan dikirimkan untuk membantu. Jumlah petugas penyelamat hingga Sabtu (16/4) diharapkan mencapai 15 ribu orang.
"Selain itu, lebih banyak petugas kepolisian, pemadam kebakaran dan medis, juga akan dikerahkan," ujarnya.
Pusat gempa berada di dekat kota Kumamoto dan tercatat di kedalaman 10 kilometer, kata badan geologi Amerika Serikat, U.S. Geological Survey. Hampir sekitar 200 ribu keluarga kehilangan aliran listrik.