Ahad 17 Apr 2016 04:16 WIB

PM Jepang Akui Operasi Penyelamatan Korban Gempa Sangat Sulit

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Angga Indrawan
Gempa bumi yang terjadi di Kumamoto Prefecture, Kyushu, Jepang, Kamis (14/4). (Reuters/Kyodo)
Foto: Reuters/Kyodo
Gempa bumi yang terjadi di Kumamoto Prefecture, Kyushu, Jepang, Kamis (14/4). (Reuters/Kyodo)

REPUBLIKA.CO.ID, KYUSHU -- Gempa s7,3 SR menggoncang Prefektur Kumamoto, Pulau Kyushu, Jepang  pada Sabtu pukul 01.25 waktu setempat atau Jumat (15/4) pukul 23.25 WIB. 

Gempa tersebut menewaskan 32 orang dan melukai ribuan orang lainnya. Gempa berkekuatan besar itu juga merusak rumah-rumah, bangunan-bangunan, jalan-jalan, dan jembatan. 

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan, saat ini angin begitu besar, hujan sepertinya juga makin lebat. "Operasi penyelamatan akan sangat sulit," katanya seperti dilansir Reuters, Sabtu, (16/4).

Seorang mahasiswa Tokai University mengatakan, saat gempa terjadi ia merasakan goncangan yang sangat kuat. "Aku terlempar-lempar seolah aku sedang berada di mesin cuci," ujarnya.

Saat ini sebanyak 442 ribu rumah tak memiliki air. Sebanyak 100 ribu rumah tak ada aliran listrik akibat gempa. Sebanyak 240 ribu warga Jepang sudah dievakuasi untuk menghindari tanah bergerak. Namun beberapa selter untuk evaluasi sudah terlalu sesak oleh korban gempa yang mengungsi.

Tentara sudah dikerahkan untuk mengevakuasi korban. Sebanyak 25 ribu tentara tambahan dikerahkan untuk mengevakuasi korban. Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga mengatakan, sebanyak 80 orang terjebak dalam reruntuhan bangunan. Regu penolong menarik 10 mahasiswa dari apartemen universitas yang runtuh di Kota Minami.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement