REPUBLIKA.CO.ID, QUITO -- Gempa bumi terdahsyat di Ekuador dalam sepuluh tahun terakhir, yang berkekuatan 7,8 magnitut dan melanda negara pesisir Pasifik itu pada Sabtu, sedikitnya menyebabkan 41 orang meninggal. Gempa juga menimbulkan kerusakan parah di dekat pusat gempa termasuk kota besar Guayaquil.
Presiden Raffael Correa menyatakan bencana tersebut sebagai darurat nasional dan meminta warga dari negara Andean yang berpenduduk 16 juta jiwa itu tetap tenang.
"Kasih yang tak terhingga kami kirimkan kepada keluarga korban," tulisnya dalam Twitter ketika memangkas perjalanannya ke Italia dan memilih pulang ke negaranya.
Pihak berwenang meminta penduduk meninggalkan rumah mereka di pesisir karena khawatir terjadi gelombang pasang. Pihak berwenang juga memperingatkan warga yang berdesak desakan turun ke jalan dan dataran tinggi.
Pemerintah menyatakan bahwa jumlah korban meninggal dapat meningkat dan kerusakan parah khususnya di pesisir barat yang mendekati pusat gempa di Guayaquil.
"Malangnya, sejauh ini terdapat 41 korban meninggal," kata wakil presiden Jorge Glass dan menyebut gempa ini merupakan yang terkuat sejak peristiwa 1979.
"Banyak orang berada di jalan-jalan dengan barang bawaan untuk siap mengungsi ke dataran yang lebih tinggi," katanya dengan suara bergetar melalui panggilan telepon dengan Whatsapp. "Jalan raya terbelah, listrik dan telepon terputus."