Negara yang dulu dikenal dengan Burma ini selama hampir 50 tahun di bawah kekuasaan militer. Ibu Kota Yangon telah menjelma menjadi sebuah situs konstruksi besar.
Than Than Win dan dua anak remajanya mulai bekerja di dermaga yang sama seperti Aung Htet Myat setelah suaminya meninggal. Keluarga itu sekarang bergantung pada broker tenaga kerja yang meminjamkan uangnya. Imbalannya, ia dan anak-anaknya harus kerja tanpa henti ketika kapal tiba.
"Dia (broker) memberi kami tempat tinggal dan kami juga dapat mengambil uang dari dia ketika kami tidak punya pekerjaan," ujarnya.
Putranya yang berada di dekatnya menaruh beban kerikil lagi di punggung mereka. "Kami tidak memiliki cara untuk membayar kembali, jadi setiap kali dia meminta kami untuk bekerja, kami tidak bisa menolak," katanya.
Seorang ahli kemiskinan perkotaan Michael Slingsby mengatakan, kisah Than Than Win adalah umum di daerah kumuh Yangon. Daerah tersebut dipenuhi dengan orang-orang dari pedesaan karena ekonomi negara telah mengalami kemajuan pesat.
"Orang-orang meminjam uang dari pemberi pinjaman dan untuk membayar utang, anak-anak mereka dikirim untuk bekerja," katanya.