REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Mesir mengandalkan kekayaan pariwisata budaya berupa beragam monumen bersejarah peninggalan peradaban masa silam bangsanya untuk menarik minat lebih banyak wisatawan asal Indonesia.
"Turis Indonesia merupakan pasar potensial bagi Mesir di masa depan, dan kami menawarkan pariwisata budaya," kata Koordinator Humas Sektor Pariwisata Internasional Otorita Pariwisata Mesir (ETA) Asmaa Edress kepada wartawan Indonesia peserta Program Kunjungan Media terkait dengan upaya Mesir menarik lebih banyak turis asing, termasuk asal Indonesia, di Kairo, Selasa (19/4).
Sebagai wisatawan yang berasal dari negara kepulauan terbesar di dunia, orang-orang Indonesia diyakini Asmaa lebih cocok ditawari pariwisata budaya daripada wisata bahari berupa pantai yang eksotis dan laut yang dimiliki Mesir.
Dengan pariwisata budaya pula, manfaat ekonomi yang akan dirasakan Mesir akan lebih besar karena para wisatawan asal Indonesia yang mengunjungi berbagai monumen bersejarah yang tersebar mulai dari Kairo, Luxor hingga Aswan memerlukan mobilitas transportasi dan tempat menginap, katanya.
Manfaat dari efek beruntun kunjungan wisatawan mancanegara, termasuk asal Indonesia, yang memberikan perhatian pada kekayaan pariwisata budaya Mesir itu juga akan menggerakkan bisnis makanan rakyat negara itu, katanya. "Untuk masuk ke objek-objek wisata budaya itu, ada juga retribusi yang dibayarkan turis," katanya.
Menurut Asmaa yang ditugaskan ETA menjadi pemandu selama sepekan kunjungan wartawan Indonesia peserta Program Kunjungan Media ke Mesir ini, kekayaan pariwisata budaya negaranya sangat besar.
Di Kairo, para wisatawan mancanegara, termasuk asal Indonesia, tidak hanya disuguhi monumen dan bangunan masa silam berupa masjid-masjid peninggalan Mamluk dan Ottoman, gereja-gereja Kristen Koptik, maupun piramid dan Sphinx di Giza.
Di kota yang kini dihuni sedikitnya 20 juta orang itu, turis asing juga secara cepat mempelajari peninggalan budaya, peradaban dan sejarah besar Mesir dengan mengunjungi Museum Mesir di kawasan Alun-Alun Tahrir serta berburu aneka barang dan buah tangan di Khan el-Khalili, pasar tradisional berusia ratusan tahun yang berlokasi di dekat Masjid Sayyidina Hussein, katanya.
Sementara itu, di Luxor, para wisatawan mendapati beragam candi dan bangunan kuno berusia ribuan tahun seperti Candi Karnak dan Luxor. Di kota yang menjadi jejak Kota Thebes, ibu kota kuno Mesir di era Kerajaan Baru Firaun, itu, turis Indonesia dan mancanegara lain juga dapat mengunjungi Museum Luxor, katanya.