REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Studi terbaru menunjukkan sebagian besar masyarakat suku asli di seluruh dunia hidup dalam kemiskinan dan memiliki kondisi kesehatan yang lebih buruk dari populasi lainnya.
Laporan yang didukung PBB, yang menyatukan data Masyarakat suku asli dari 23 negara termasuk Australia dan Selandia Baru, menemukan hasil yang lebih buruk pada harapan hidup, angka kematian bayi dan berat lahir.
Studi ini juga menemukan kekayaan negara tak berarti hasil kesehatan yang lebih baik bagi masyarakat suku asli. Direktur Institut Lowitja, Romlie Mokak mengatakan laporan itu sejajar dengan laporan Closing the Gap (menutup kesenjangan) terbaru yang diterbitkan Australia.
"Ada negara-negara kaya, Kanada, Selandia Baru, Australia di mana masyarakat suku asli masih terbelakang pada sejumlah bidang dan semuanya ini sama sekali bukan kejutan. Kami tahu ada sedikit kemajuan yang dibuat untuk menutup kesenjangan itu,” ungkapnya.
Kampanye untuk menutup kesenjangan harapan hidup antara warga Aborijin Australia dengan warga Australia nonpribumi pada 2030, telah dimulai satu dekade lalu. Dalam kartu laporan terbaru, warga Aborijin Australia meninggal sekitar 10 tahun lebih awal daripada rata-rata warga Australia nonpribumi.
Pemimpin Aborijin, Profesor Tom Calma mengatakan ketidakstabilan politik telah menahan kemajuan untuk menutup kesenjangan ini
Pemerintah harus lebih berusaha tingkatkan kesehatan warga suku asli
Laporan itu merekomendasikan agar pemerintah mengembangkan respons kebijakan bertarget untuk meningkatkan pelayanan kesehatan warga suku asli. Romlie mengatakan, para pemimpin suku asli dari seluruh dunia perlu duduk bersama-sama untuk menemukan solusi atas epidemi ini.
"Kami menyatakan keterlibatan yang berarti dari masyarakat suku asli perlu terjadi pada tingkat global, dan dalam arti itu, pemimpin kesehatan suku asli, akademisi, pemikir, pembuat kebijakan, harus ada di satu meja," jelasnya.
Ia menambahkan, "Kami bersama-sama, perlu mengumpulkan keluarga suku asli kami, jaringan kami, secara global untuk mendiskusikan hal itu."
Laporan tentang kesehatan suku asli dan masyarakat adat ini akan diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet.
Baca: Anak-Anak Afrika yang Terancam dan Terlupakan