Jumat 22 Apr 2016 14:14 WIB

Mantan Presiden Jerman Menentang Gerakan anti-Muslim di Negaranya.

Rep: c23/ Red: Teguh Firmansyah
Muslimah Jerman, Betul Ulusoy
Foto: exberliner
Muslimah Jerman, Betul Ulusoy

REPUBLIKA.CO.ID,   JAKARTA – Mantan presiden Jerman Christian Wulff menentang merebaknya sentimen anti-Islam di negaranya. Ia menekankan Islam adalah bagian dari Jerman.

“Ketika tiga juta Muslim tinggal di negara kita, mereka milik kita bersama, bersama dengan agamanya,” ujar Wulff, seperti dilansir situs Daily Sabah, Jumat (22/4).

Ia juga mengkritik tajam rancangan program partai alternatif sayap kanan Jerman yang memperingatkan tentang adanya gerakan “Islamisasi Jerman”. Serta menyerukan pelarangan simbol-simbol Islam, termasuk menara masjid atau kubah.

Ia berpendapat, rancangan tersebut telah bertentangan dengan konstitusi Jerman. “Siapapun yang mengatakan tidak ingin adanya Islam di Jerman atau tidak ingin ada Islam di Eropa, dia berdiri melawan konstitusi kita,” kata Wulff.

Wulff menilai, ketika ada kelompok atau golongan yang mengampanyekan anti-Islam, maka mereka juga tidak diperkenankan untuk membela hak-hak kaumnya.

“Siapapun yang mengatakan tidak menginginkan Muslim, umat Kristen, misalnya, mereka juga tidak bisa memperjuangkan hak-hak penganut Kristen di bagian lain dunia. Dan tidak heran bila ada orang lain di sana mengatakan mereka tidak menghendaki adanya Kristen atau Yahudi di tempatnya,” tuturnya.

Sebelumnya, Wulff, yang menjabat presiden pada rentang 2010 hingga 2012 adalah politikus pertama Jerman yang mengakui Islam adalah bagian dari Jerman, layaknya Kristen dan Yahudi. Sikapnya tersebut dinyatakan ketika ia berpidato pada 2010 lalu. Pernyataannya memancing perdebatan sengit di sana, namun sikap Wulff didukung oleh Kanselir Jerman Angela Merkel.

Baca juga, Ini Curhat Gadis Kecil Muslim Inggris ke Cameron, 'Saya akan Terus Pakai Jilbab'.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement