Rabu 27 Apr 2016 06:05 WIB

Sejarah Hari ini: Presiden Afghanistan Dibunuh

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Teguh Firmansyah
Sardar Mohammed Daoud
Foto: youtube
Sardar Mohammed Daoud

REPUBLIKA.CO.ID, Presiden Afghanistan Sardar Mohammed Daoud digulingkan dan dibunuh dalam kudeta yang dipimpin oleh pemberontak pro-komunis pada 27 April 1978. Tindakan brutal tersebut menandai awal dari pergolakan politik di Afghanistan yang mengakibatkan intervensi pasukan Uni Soviet kurang dari dua tahun kemudian.

Daoud telah memimpin Afghanistan sejak berkuasa dalam sebuah kudeta pada 1973. Hubungannya dengan Uni Soviet memburuk sejak ia bersikap anti-komunis di Afghanistan. Pembunuhan seorang pemimpin terkemuka Partai Komunis Afghanistan di awal April 1978 mungkin menjadi pemicu pihak komunis melakukan serangan melawan rezim Daoud di bulan yang sama.

Setelah kematian Daoud, Nur Muhammad Taraki yang merupakan ketua Partai Komunis Afghanistan mengambil alih kursi kepresidenan. Pada Desember 1978, Afghanistan menandatangani perjanjian persahabatan dengan Uni Soviet. Pascapenandatanganan kesepakatan tersebut, terjadi peningkatan jumlah bantuan militer dan ekonomi Uni Soviet yang mengalir ke Afghanistan.

Namun, tak satu pun bisa menstabilkan pemerintah Taraki. Pada September 1979, Taraki digulingkan dan dibunuh.  Hafizullah Amin yang kemudian menggantikan Taraki dan menobatkan diri sebagai pemimpin negara itu.

Kekacauan demi kekacauan terus terjadi di Afghanistan hingga Amin pun harus lengser lewat kudeta yang dipimpin oleh Babrak Karmal, pemimpin Partai Demokratik Rakyat Afghanistan yang berhaluan Marxis.

Amin juga tewas dalam penggulingan kekuasaan berdarah tersebut. Berbekal dukungan Uni Soviet sebagai super power kala itu, Karmal menjadi orang nomor satu Afghanistan dari 1979 sampai 1989. Pada 1989 ia disingkirkan dari kepemimpinan partai dan kekuasaannya pun beralih ke tangan rezim Mohammad Najibullah.

Kemudian gerilyawan Mujahidin meningkatkan perlawanan bersenjatanya melawan kekuasaan Najibullah. Maret 1992, rezim Najibullah tumbang dan kekuasaan jatuh ke tangah Mujahidin. Konflik juga semakin memanas saat tiga bulan pascakudeta Taraki, pasukan Uni Soviet memasuki Afghanistan.

Kemudian perang antara pemberontak Afghanistan dan pasukan Soviet meletus. Konflik berlangsung sampai pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev menarik pasukan Soviet pada 1988.

sumber : BBC, History.com
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement