REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Republik Azerbaijan untuk Indonesia Tamerlan Garayev menyatakan ada beberapa pihak menginginkan konflik antara pasukan Azerbaijan dan Armenia terkait Nagorno-Karabakh terus berlangsung. Sebab mereka ingin menarik sejumlah keuntungan dari konflik tersebut.
Dia menceritakan setelah Uni Soviet runtuh, Azerbaijan menjadi negara merdeka. Azerbaijan memiliki kekayaan gas alam dan agrikultur yang luar biasa.
"Kami cuma punya satu masalah, tapi sangat besar untuk Azerbaijan. Saat Uni Soviet runtuh, saya salah satu dari pemimpin gerakan yang mendorong pasukan Rusia keluar dari Azerbaijan. Bagaimana kami merasakan kemerdekaan kalau masih ada tentara lain di negara kami?" ujar Garayev saat berkunjung ke kantor Republika, Rabu (27/4)
Namun, setelah diusir dari Azerbaijan, tentara Rusia kemudian bergeser ke Armenia. Dengan senjata dari Rusia, tentara Armenia kemudian melakukan pendudukan pada 20 persen teritori Azerbaijan, yakni Nagorno-Karabakh.
"Saat Armenia melakukan okupasi, kala itu kami belum punya tentara dan senjata. Ribuan pemuda Azerbaijan tewas dalam pertempuran tersebut. Tapi kami tak bisa melakukan apa pun saat itu karena mereka punya tank, senjata sehingga bisa mengokupasi 20 persen wilayah kami. Padahal ada empat resolusi PBB yang meminta tentara Armenia untuk segera meninggalkan Azerbaijan," katanya.
Garayev mengungkapkan selama ini Armenia mengokupasi Karabakh karena mereka mengklaim di sana ada warga etnis Armenia. Padahal etnis Armenia tinggal di mana pun di Amerika Serikat, Prancis, Rusia di mana saja mereka hidup.
"Apa mereka berarti harus memiliki setiap negara-negara itu? Tapi kami sadar kami negara kecil. Jadi kami menawarkan kepada Nagorno-Karabakh otonomi di level paling tinggi sebab Nagorno-Karabakh ada di dalam wilayah Azerbaijan, dan tidak berbatasan sama sekali dengan Armenia. Tapi mereka bukan hanya menduduki Nagorno-Karabakh namun juga tujuh wilayah di sekitarnya," ujarnya.
Sejumlah negara Muslim menghentikan hubungan diplomatik dengan Armenia sampai mereka menarik pasukannya dari Azerbaijan. Arab Saudi, Turki, Pakistan, dan Afghanistan mereka tak punya hubungan diplomatik dan tak mengakui Armenia sampai Armenia menghentikan ini.