REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan virus zika yang pertama ditemukan di Benua Amerika berada di Puerto Rico. Hal ini merujuk pada kematian seorang pria (70 tahun).
Ia meninggal setelah tim dokter melakukan penelitian seusai tewasnya pria tersebut. Pada Februari silam, pria yang diduga tewas akibat virus zika tersebut mengalami diagnosis yang sama dengan para pasien zika lainnya. Hal inilah yang diduga oleh CDC pria tersebut tewas akibat zika.
Tyler Sharp, ahli epidemiologi CDC mengatakan pria tersebut sempat sembuh dari demam berdarah, namun selang beberapa waktu pria tersebut kembali ke rumah sakit dan mengalami pendarahan hebat.
"Beberapa hari setelah kesembuhannya, ia kembali ke rumah sakit dengan tanda-tanda gangguan perdarahan dan didiagnosa dengan purpura thrombocytopenic kekebalan tubuh atau ITP," kata Sharp seperti dilansir dari CNN, Sabtu (31/4).
Selain itu, ada empat kasus serupa yang terletak di Polinesia, Prancis, Suriname dan Kolombia. Semua pasien positif zika memiliki diagnosis yang sama. Sharp mengatakan pendarahan biasanya dimulai di mulut dan dari gusi, dan berlangsung dengan mudah memar dan petechiae atau titik-titik kecil bulat yang muncul pada kulit sebagai akibat dari pendarahan.
Sharp mengatakan hubungan antara perdarahan dan zika mungkin mirip dengan yang terjadi antara zika dan sindrom guillain-barre, gangguan langka di mana sistem kekebalan tubuh menyerang saraf.
CDC mengatakan mereka telah menguji lebih dari 6.000 spesimen sejak Puerto Rico menjadi yang pertama yurisdiksi AS melaporkan transmisi lokal dari virus zika, 683 menunjukkan bukti infeksi saat ini atau baru-baru ini. Sembilan dari kasus-kasus, atau satu persen, juga menunjukkan tanda-tanda trombosit darah rendah.