REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Laporan Dana Anak Dunia PBB (UNICEF) baru-baru ini ini cukup membuat kita miris. Betapa tidak, hampir seperempat anak usia sekolah di dunia atau 462 juta, hidup di negara yang dipengaruhi oleh kondisi darurat kemanusiaan.
Laporan berjudul "Education Cannot Wait Proposal", mendapati hampir satu dari enam --atau 75 juta-- anak dari usia pra-sekolah dasar sampai sekolah-menengah (tiga sampai 17 tahun) yang hidup di negara yang dilanda krisis dikategorikan sebagai sangat memerlukan dukungan pendidikan. Namun, rata-rata hanya dua persen seruan kemanusiaan global didedikasikan pada pendidikan, kata UNICEF di dalam satu siaran pers.
"Pendidikan mengubah hidup dalam kondisi darurat," kata Josephine Bourne, Kepala Pendidikan Global UNICEF, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis (5/5) siang. "Pergi ke sekolah membuat anak-anak tetap aman dari pelecehan seperti penyelundupan dan perekrutan oleh kelompok bersenjata dan adalah penanaman modal penting dalam masa depan anak-anak dan pada masa depan masyarakat mereka."
"Sudah tiba waktunya pendidikan diprioritaskan oleh masyarakat internasional sebagai bagian penting dari reaksi kemanusiaan dasar, selain air, makanan dan tempat berteduh," kata Bourne.
UNICEF menyatakan lembaga PBB tersebut mengeluarkan statistik baru sebelum Pertemuan Puncak Kemanusiaan Dunia di Istanbul, Turki, pada 23-24 Mei. Di sana, dana baru --Education Cannto Wait-- akan diluncurkan untuk memberi akses ke pendidikan buat anak-anak yang memerlukan dalam kondisi darurat.
Dana itu bertujuan mengumpulkan hampir empat miliar dolar AS untuk menjangkau 13,6 juta anak yang memerlukan pendidikan dalam kondisi darurat dalam waktu lima tahun, sebelum menjangkau 75 juta anak sampai 2030, kata badan PBB tersebut.
Laporan baru itu, yang disusun oleh Overseas Development Institute, dikeluarkan saat Duta Besar Muhibah UNICEF Orlando Bloom mengunjungi Ukraina Timur untuk meningkatkan kesadaran mengenai krisis pendidikan global yang dihadapi anak-anak dalam kondisi darurat kemanusiaan.
Bloom mengunjungi ruang kelas yang dihantam bom cuma tiga kilometer dari garis depan konflik yang meletus lebih dari dua tahun lalu. Sebanyak 580 ribu anak sangat memerlukan bantuan dan lebih dari 230 ribu anak telah dipaksa meninggalkan rumah mereka.
Terlebih lagi, satu dari lima sekolah dan taman kanak-kanak di wilayah itu telah rusak atau hancur dan tak kurang dari 300 ribu anak sangat memerlukan bantuan segera agar mereka bisa melanjutkan pendidikan mereka, kata UNICEF.