REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemilihan presiden Amerika Serikat menjelma menjadi salah satu kontes terbesar tidak populer di dunia. Persaingan antara Hillary Clinton dan Donald Trump seolah menjadi konsumsi publik internasional.
Menurut jajak pendapat Reuters Ipsos yang dikeluarkan Kamis (5/5), hampir setengah pemilih Amerika yang mendukung baik Hillary Clinton dari Partai Demokrat maupun Donald Trump menuju Gedung Putih mengatakan, mereka terutama akan mencoba memblokir sisi lain dari pemenang.
Menurut Direktur Pusat Politik Universitas Virginia Larry Sabato, hasil ini mencerminkan pembagian ideologi mendalam di Amerika Serikat, di mana orang-orang menjadi semakin takut dengan pihak lawan. Perasaan diperparah dengan kemungkinan pertarungan antara taipan real estate New York dan mantan ibu negara itu.
"Fenomena ini disebut keberpihakan negatif," kata Sabato. "Jika kita mencoba untuk memaksimalkan efek, kita tidak bisa menemukan calon yang lebih baik dari Trump dan Clinton," lanjut dia.
Trump telah memenangkan banyak pendukung dan menerima kritik tajam atas bicara kasarnya dan usulan garis kerasnya, termasuk seruannnya melarang Muslim memasuki Amerika Serikat. Ia juga bersumpah memaksa Meksiko membayar dinding perbatasan dan berjanji menegosiasikan kembali kesepakatan perdagangan internasional.
Sementara itu, pemilih melihat mantan Menteri Luar negeri Clinton akan berkesinambungan dengan kebijakan Presiden Barack Obama. Tetapi lawan kuat di antara mereka kecewa dengan kurangnya kemajuan selama masa pemerintahan Obama.
Jajak pendapat menanyakan pemilih tentang motivasi utama mereka mendukung Trump atau Clinton pada pemilihan 8 November mendatang. Sekitar 47 persen dari pendukung Trump mengatakan, mereka mendukungnya terutama karena tidak ingin Clinton menang. Sebanyak 43 persen lainnya mengatakan, motivasi utama mereka adalah keinginan untuk posisi politik Trump, sementara enam persen mengatakan menyukainya secara pribadi.
Tanggapan serupa juga berlaku di kalangan pendukung Clinton.
Sekitar 46 persen mengatakan, mereka akan memilih Clinton terutama karena mereka tidak ingin melihat presiden Trump, sementara 40 persen mengatakan setuju dengan posisi politiknya dan 11 persen lainnya mengaku menyukainya secara pribadi.
Jajak pendapat yang dilakukan 29 April hingga 5 Mei itu mencakup 469 yang mungkin pemilih Trump dan 599 yang kemungkinan pemilih Clinton. Interval kredibilitas dalam penelitian tersebut lima persen.