Ahad 08 May 2016 07:59 WIB

Mayoritas Generasi Tua Jerman Batasi Kontak dengan Muslim

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Imigran Muslim di Jerman
Imigran Muslim di Jerman

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menurut sebuah jajak pendapat baru menyatakan mayoritas warga Jerman membatasi kontak mereka dengan Muslim. Mereka juga sangat sedikit yang mengetahui mengenai agama Islam.

Menurut survei yang dibuat kantor berita DPA berdasarkan lembaga survei YouGov, 62 persen dari responden non-Muslim mengatakan tak ada Muslim di lingkaran dekat teman dan keluarga mereka. Survei yang dirilis pada Jumat (6/5) itu, datang di tengah ketegangan politik Jerman akibat penerimaan sekitar satu juta pengungsi terutama Muslim dari Afrika dan Timur Tengah.

Dilansir Aljazirah, Sabtu (7/5), sejak migran Turki tiba di Jerman 60 tahun lalu, kini ada sekitar empat juta Muslim tinggal di Jerman.

YouGov juga menunjukkan lebih banyak kontak dengan Muslim dilakukan generasi muda dibanding generasi tua. Sekitar setengah dari mereka yang disurvei berusia antara 18 hingga 24 tahun mengatakan, Muslim ada di antara orang-orang yang mereka kenal.

Tapi 52 persen dari non-Muslim Jerman mengatakan kepada YouGov pengetahuan mereka soal Islam sangat sedikit. Bahkan setiap orang kelima yang disurvei mengatakan mereka tak tahu tentang agama. Sementara 68 persen Muslim memiliki pengetahuan yang baik atau sangat baik mengenai Kristen.

Kelompok sayap kanan Jerman Alternative for Germany (AfD) baru-baru ini mengadopsi sikap anti-Islam sebagai bagian dari manifesto baru. Selain menyatakan Islam bukan bagian dari Jerman, mereka juga menyerukan larangan menara masjid.

Namun manifesto baru AfD ini telah memunculkan keprihatinan mengenai Islam dan kecaman luas dari para pemimpin politik dan agama.

Sementara itu dalam sebuah wawancara pada Kamis (5/5), sekutu utama Angela Merkel, Volker Kauder mengatakan sementara Muslim merupakan bagian dari kehidupan Jerman, Islam tak membentuk Jerman secara historis maupun kultural.

"Tapi supaya tak ada kesalahpahaman, Muslim sendiri merupakan bagian dari Jerman, tak ada lagi pertanyaan soal itu," kata Kauder yang mengepalai kelompok parlemen di Christian Democrats.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement