REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pengunduran Menteri Minyak Arab Saudi menjadi sinyal perbaikan ekonomi negara tersebut untuk tidak terlalu bergantung pada pendapatan minyak. Ali al-Naimi diganti setelah 20 tahun oleh mantan Menteri Kesehatan Khaled al-Falih.
Pada April lalu, Arab Saudi mengumumkan rencana untuk mereformasi ekonomi yang bertujuan mengakhiri ketergantungan negara tersebut pada produksi minyak. Pengamat politik Arab Saudi Jamal Khashoggi mengatakan perombakan pemerintah menjadi cermin liberalisasi masyarat Arab Saudi.
Ia mengatakan faktanya Khaled al-Falih ditunjuk sebagai penasehat khusus raja dan struktur baru dalam pemerintahan didikte oleh implementasi rencana ekonomi baru yang memerlukan transformasi ekonomi dan sosial di Arab Saudi. "Arab Saudi ingin menjadi kuat selain di bidang perminyakan. Kami merasa usia minyak akan berakhir dua sampai tiga dekade mendatang, sehingga kami harus mempunyai alternatif lain. Kami ingin mendapatkan keuntungan dari kekuatan finansial kami dan Arab Saudi ingin kuat secara finasial, tetapi pada saat yang sama kami ingin mendapatkan keuntungan dari minyak sebanyak yang kami bisa," kata Khashoggi, seperti yang dilansir dari Sputniknews Senin (9/5).
Ia menambahkan kerajaan Arab Saudi tidak mempertimbangkan cadangan minyak sebagai alat untuk menekan politik negara lain dan hanya mempertahankan pangsa pasarnya. Menurut Khashoggi masyarakat Arab menyambut reformasi ini dan melihat manfaat yang akan membawanya.
"Masyarakat cukup antusias. Mereka ingin kehidupan yang lebih baik, itu yang penting. Pengumuman ini adalah tentang kehidupan yang lebih baik, itu semua tentang ekonomi, ada hampir tidak ada politik di sana," katanya.
Menurur dia, semua ini hanya kehidupan yang lebih baik, hiburan, standar hidup yang baik. Bahkan, untuk pertama kalinya di Arab Saudi sekarang memiliki komite untuk hiburan. General Manager Arab Saudi News itu mengatakan hal itu menunjukkan sesuatu yang penting untuk masyarat Saudi. "Pemerintah harus mendorong lebih banyak kebahagiaan untuk masyarakat Saudi, " jelasnya.
Khassoggi mengatakan ada dua kelompok skeptis terhadap kebijakan reformasi tersebut. Kelompok skeptis pertama yang skeptis terhadap ekonomi. Dia menyebut seorang ekonom selalu skeptis, mereka harus meragukan angka, angka dan harapan. "Saya fikir skeptisisme mereka dapat menjadi positif. Tapi skeptis kelompok kedua adalah orang-orang konservatif dan kelompok konservatif selalu khawatir terhadap transformasi sosial," tambahnya.
Apa pun itu, Khassoggi mengatakan mayoritas masyarat Arab Saudi menyetujui perubahan ini. Khassoggi menambahkan kelompok konservatif juga perlu belajar bagaimana mana hidup tanpa harus memaksakan pandangan mereka kepada orang lain. "Tentu ini adalah sejarah dan kami harus melalui jalan ini. Ini yang masyarakat inginkan," ujarnya.