REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Jutaan warga Filipina melakukan pemilihan di tengah terik panas matahari pada Senin (9/5) pagi. Meski hasil akhir resmi belum didapat, jajak pendapat awal menunjukkan calon kontroversial Rodrigo Duterte (71 tahun) memimpin empat kandidat lainnya.
Wali Kota Davao tersebut menarik dukungan justru karena komentarnya yang kasar terkait berbagai hal. Ia juga meraih popularitas besar dengan janjinya membunuh penjahat dan koruptor dalam waktu enam bulan.
Duterte memanfaatkan ketidakpuasan para pemilih, hingga pemilih pun mengabaikan bahasa kasarnya. "Kalian semua yang menggunakan narkoba, kalian anak-anak pelacur, saya akan benar-benar membunuh kalian. Saya tak bisa lagi sabar, pilihannya kalian yang membunuh saya atau saya yang membunuh kalian," katanya.
Baca: Perseteruan Politik Panas, Tujuh Tewas Sebelum Pemilu Filipina Digelar
Sikap tak sopan Duterte bahkan membuatnya dibanding-bandingkan dengan calon presiden Amerika Serikat Donald Trump. Presiden Benigno Aquino III bahkan mengatakan Duterte sebagai ancaman bagi demokrasi dan menyamakannya dengan Adolf Hitler.
Dalam kampanye final Sabtu (7/5), Aquino memperingatkan para pemilih bahwa Duterte bisa menjadi diktator. Ia mendesak mereka untuk tidak mendukungnya. Ia mencontohkan munculnya pemimpin Nazi Adolf Hitler sebagai contoh bagaimana seorang pemimpin despotik dapat memperoleh kekuasaan dan berpegang pada itu tanpa perlawanan publik.
Dalam kampanyenya, Duterte menawarkan janji-janji yang radikal, termasuk janjinya berlayar ke pulau-pulau buatan Cina di Laut Cina Selatan dan menaman bendera Filipina di sana.