Selasa 10 May 2016 08:25 WIB

Proses Damai, 'Teman Suriah' Berkumpul di Paris

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault (kiri) dan Menlu AS John Kerry berbicara pada wartawan sebelum pertemuan membahas konflik Suriah di Paris, Senin, 9 Mei 2016.
Foto: AP Photo/Christophe Ena
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault (kiri) dan Menlu AS John Kerry berbicara pada wartawan sebelum pertemuan membahas konflik Suriah di Paris, Senin, 9 Mei 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Perwakilan dari sejumlah negara bertemu di Paris, Prancis untuk mencoba meluncurkan kembali proses perdamaian Suriah, Senin (9/5). Kelompok yang menamakan diri Teman Suriah itu diantaranya Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Italia, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Yordania, Turki dan Uni Eropa.

Kelompok diplomatik internasional ini dibentuk setelah kemunculan Riad Hijab, koalisi oposisi Suriah moderat. Menteri Luar Negeri AS John Kerry tiba di Paris untuk bertemu dengan Menlu Prancis Jean-Marc Ayrault.

Kontributor Aljazirah, Jacky Rowland yang melaporkan dari Paris mengatakan ada tiga isu utama yang menjadi fokus oposisi Suriah. Oposisi menginginkan penghentian perseteruan berlaku di seluruh Suriah bukan jadi perjanjian lokal.

Selain itu, akses kemanusiaan harus disediakan. Sejumlah organisasi telah mencoba memberikan bantuan makanan dan obat-obatan untuk mereka yang terperangkap.

Menurut oposisi, diskusi juga dibutuhkan terkait orang-orang yang ditangkap selama pertempuran. Pada Senin, perjanjian tentatif juga dibuat untuk mengakhiri bentrokan di penjara Suriah oleh sekitar 800 tahanan politik.

Perjanjian ini kemungkinan menuju pada pembebasan mereka yang ditahan tanpa dakwaan. Kontributor Aljazirah lain mengatakan negosiasi pembebasan sedang berjalan. "Ada delegasi pemerintah di dalam penjara dan sedang berbicara terkait permintaan mereka," katanya.

Sejumlah orang dikabarkan telah dibebaskan namun tidak diketahui jumlahnya. Gelombang kekerasan terakhir di Aleppo dan sekitarnya telah meningkatkan kekhawatiran global. Sedikitnya 253 warga sipil dilaporkan tewas dalam kekerasan Aleppo sejak 22 April lalu.

Baca: Rusia Pamerkan Alutsista untuk Suriah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement