REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Lebih dari 1.250 jenazah, baik pria, perempuan maupun anak-anak dikubur dengan nisan tak bernama di 70 lokasi di Turki, Yunani dan Italia sejak 2014. Sebuah investigasi BBC menelusuri perjalanan para migran yang tak sampai ke tempat tujuannya.
Menurut data Organisasi untuk Migrasi Internasional (IOM), migran yang tenggelam di Mediterania sebelum mencapai Eropa jumlahnya mencapai 8.000 orang dalam dua tahun terakhir. Nyawa mereka hilang dan jasad mereka mengapung di lautan.
Sebagian besar bahkan hilang tak ditemukan. Ketika kapal yang digunakan tak layak dan jumlah imigran terlampau banyak, maka mereka berisiko tinggi berakhir di lautan. Sebagian besar jasad juga terdampar di pantai.
Menurut hasil penelusuran BBC, setiap 10 orang meninggal per hari ketika mencoba mengarungi Mediterania. Rata-rata, sedikitnya satu orang tidak diketahui identitasnya sehingga ia harus terkubur dengan kondisi anonim.
Meski sebagian besar jasad ditemukan, kondisi mereka tidak terlalu menguntungkan untuk identifikasi. Tubuh terlalu banyak menyerap air laut hingga menggelembung dan membusuk. Identifikasi tidak bisa dilakukan secara langsung.
Setelah proses penemuan mayat, otoritas biasanya mengambil foto dan sampel DNA jasad untuk kemudian dikumpulkan dalam database. Keluarga yang merasa kehilangan mencocokkan identitas orang terkasih mereka dengan jasad-jasad itu.
Tapi kadang, tak semua jasad ditemui keluarganya. Mereka harus menunggu di dalam lemari pembeku hingga akhirnya terpaksa diistirahatkan dalam kubur tanpa nama di nisan. Kadang papan nisan pun hanya berisi nomor urut.
Sulit memperoleh jumlah pasti kuburan tak bernama. Otoritas di Yunani dan Turki mengakui tidak ada angka akurat untuk itu. Pencarian berlanjut tidak hanya ketiga negara yang sering disambangi mayat terdampar.