REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Warga di perkampungan nelayan Masinloc di Filipina menyatakan kehidupan mereka sebagai nelayan kini hancur akibat agresi Cina di kawasan Scarborough Shoal. Kawasan ini berada di Laut Cina Selatan yang letaknya jauh lebih dekat ke Filipina dibandingkan ke Cina.
Awak perahu nelayan yang telah bekerja selama bertahun-tahun di kawasan perairan Scarborough Shoal belakangan ini telah diusir oleh pengawas pantai Cina, padahal jarak kawasan itu dengan pulau milik Cina yang terdekat adalah 560 mil laut.
Salah seorang warga, Junick Josol, kini telah berhenti bekerja sebagai nelayan. "Saat jadi nelayan dan mencari ikan di Scarborough, penghasilan saya lebih besar," katanya.
"Namun karena sekarang kami dilarang memancing di sana, kami pun harus mencari ikan lebih dekat ke darat namun hasilnya sedikit," kata Josol.
Karena itu, katanya, dia memutuskan membeli kendaraan roda tiga dan beralih pekerjaan untuk menghidupi keluarganya. Selain menarik ojek roda tiga di kota Masinloc, Josol juga sesekali masih pergi memancing namun dengan perahu kecil di perairan tidak jauh dari kampungnya itu.
Sebelumnya, Josol merupakan awak perahu nelayan yang besar dan biasanya berlayar hingga 12 jam ke kawasan Scarborough. Hasilnya, biasanya setiap nelayan akan kebagian 400 dolar AS per orang. Kini dengan memancing di dekat darat, Josol mengaku paling bisa menghasilkan 10 dolar.
Menurut Josol, kapal patroli Angkatan Laut Cina mulai tiba di kawasan Scarborough dua tahun lalu. "Ada dua kapal patroli Cina, empat speedboat, dan dua helikopter," katanya.
"Helikopter itu terbang rendah dekat dengan perahu kami, dan kami bisa mendengar mereka berteriak, 'hei nelayan Filipina, pergi dari sini'," tuturnya.
Baca: Saran Ahli Maritim AS Terkait Sengketa Laut Cina Selatan