REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Sebuah bom mobil meledak di distrik mayoritas Muslim Syiah di Baghdad, Rabu (11/5). Menurut sumber medis dan kepolisian, sedikitnya 52 orang tewas dan 78 orang lainnya luka-luka.
Ini adalah serangan terbesar di kota tersebut sejak beberapa bulan terakhir. Pihak keamanan telah secara berangsur-angsur meningkatkan keamanan di ibukota Irak tersebut.
Baghdad mempunyai sejarah pahit dengan bom-bom besar sejak satu dekade lalu. Kekerasan sering menargetkan pasukan keamanan dan warga sipil Syiah. Meski ledakan besar juga digunakan untuk melawan komunitas minoritas Sunni.
Ledakan Rabu (11/5) terjadi di kota Sadr. Menurut sumber, dikutip Reuters, bom berasal dari truk angkut barang yang berisi bahan peledak. Truk ngebut di jam padat dan meledak di dekat salon kecantikan di pasar padat.
Sebagian besar korban adalah perempuan, termasuk sejumlah pengantin yang terlihat sedang bersiap sebelum pernikahan. Dua jasad laki-laki yang diduga pengantin pria juga ditemukan di sebuah tempat cukur.
Wig, sepatu dan mainan anak-anak berceceran di situs ledakan yang amburadul. Ada sekitar dua mobil yang ikut hancur karena bom. Sejumlah bagiannya terpental kemana-mana.
Tim penyelamat telah tiba di lokasi dan berjalan di genangan darah para korban. Asap masih tampak membumbung dari sejumlah toko. Sebuah bulldozer dikerahkan untuk membersihkan situs dari puing.
ISIS mengeluarkan pernyataan di media online, bahwa pendukung mereka menargetkan militan Syiah di wilayah tersebut.