REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Sebagian besar senator Brasil memilih memakzulkan Presiden Dilma Rousseff, Kamis (12/5). Debat masih berlangsung hingga saat ini sejak dimulai 19 jam lalu.
Ada total 81 senator di majelis tinggi. Senat yang akan menentukan nasib Rousseff. Sebanyak 71 orang terdaftar untuk berbicara dalam debat. Masing-masing diberi waktu 15 menit untuk berbicara.
Hingga pukul 05.30 pagi waktu setempat, sesi telah menyelesaikan pidato 71 senator. Sebanyak 49 senator, artinya mayoritas, memuat dukungan untuk pemakzulan dalam pidato. Sementara 20 orang menolak dan dua orang masih belum memberi indikasi.
Sebagian besar argumen mereka adalah terkait masalah ekonomi. Banyak senator menyalahkan Rousseff atas kacaunya ekonomi negeri. Brasil menderita resesi terburuk dalam 10 tahun terakhir.
Pengangguran mencapai sembilan persen pada 2012 dan inflasi mencapai angka tertinggi dalam 12 tahun terakhir. Senator Aecio Neves yang kalah dari Rousseff pada pemilu presiden 2014, mengatakan pemerintah selalu menyalahkan pihak lain atas kesalahan sendiri.
"Orang miskin dan paling rapuh dalam masyarakat selalu membayar semuanya," kata dia. Neves mengatakan ia akan mendukung pemakzulan presiden berusia 68 tahun itu. Selain Neves, ada senator dari partai oposisi PSDB, Ataides Oliveira.
"Hari ini, kita akan mengembalikan negara dari tangan PT (partai Pekerja Rousseff) dan mengembalikannya pada rakyat Brasil," kata Oliveira, dilansir BBC.
Mantan pemain bola, Senator Romario juga mengatakan akan mendukung pemakzulan setelah berpikir panjang.
"Mereka (pemerintah) telah mencuri terlalu banyak dari kita, jangan biarkan mereka mencuri harapan kita untuk masa depan yang lebih baik," kata Senator lain, Alvaro Dias. Dengan fakta ini, kemungkinan besar Rousseff akan menanggalkan jabatannya.
Di majelis rendah pada 17 April lalu, mayoritas dari 513 anggota memilih mendukung melanjutkan peradilan atas Rousseff. Mereka menggunakan berbagai alasan untuk keputusan mereka, seperti untuk keluarga mereka, untuk Tuhan juga untuk negeri.
Baca: Senat Brasil Putuskan Nasib Presiden Rousseff