REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS -- Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan status keadaan darurat pada Jumat (13/5). Langkah ini diambil setelah apa yang disebut Maduro sebagai konspirasi dari dalam negeri dengan dukungan Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintahannya.
Maduro tak merinci tuduhannya itu. Namun keadaan darurat yang diterapkan tahun lalu di dekat perbatasan Kolombia telah menangguhkan hak konstusional di daerah-daerah itu.
Sebelumnya pada Jumat, pejabat intelijen AS mengatakan, mereka semakin khawatir dengan potensi krisis ekonomi dan politik di Venezuela. Mereka juga memprediksi Maduro tak mungkin menyelesaikan masa jabatannya.
Oposisi Venezuela telah berusaha menyerukan Maduro turun di tengah memburuknya krisis makanan dan obat-obatan, pemadaman listrik, penjarahan dan inflasi. Namun Maduro menolak dan menuduh AS mengobarkan kudeta terhadap dirinya.
Diapit oleh para menteri dan patung Chavez, Maduro menandatangani keadaan darurat. Ia memperpanjang keadaan darurat ekonomi untuk melindungi negara dari "ancaman," asing dan domestik tanpa memberikan rincian.
Oposisi Venezuela mencemooh tuduhan kudeta Maduro. Mereka mengutuk langkah Maduro menetapkan keadaan darurat. "Hari ini Maduro telah kembali melanggar konstitusi. Kenapa? Karena dia takut diminta mundur," kata anggota parlemen oposisi Tomas Guanipa.
Baca juga, Maduro Panggil Diplomatnya Pulang dari AS, Mengapa?