Selasa 17 May 2016 15:28 WIB

Anak-Anak Pengungsi di Turki Rentan Kejahatan Seksual

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Teguh Firmansyah
Dua anak Suriah di antara tenda-tenda pengungsian. Perang saudara telah membuat penduduk negara itu menderita.
Foto: dec.org.uk
Dua anak Suriah di antara tenda-tenda pengungsian. Perang saudara telah membuat penduduk negara itu menderita.

REPUBLIKA.CO.ID, ANTEP -- Sebuah laporan terbaru menunjukan anak-anak di pengungsian rentan terhadap kejahatan seksual. Sejumlah kasus yang terkuak dari kamp pengungsi Nizip, Turki mengungkap pelecehan yang dilakukan di dalam fasilitas tersebut.

Kantor berita Sputnik melaporkan soal dakwaan pada pelaku perkosaan yang merupakan pekerja kebersihan di kamp Nizip. Pelaku berusia 27 tahun ini dituduh melakukan pelecehan seksual pada 30 anak-anak pada Juni hingga September 2015.

Korban-korbannya adalah anak laki-laki berusia sekitar delapan tahun. Predator anak itu menghadapi ancaman penjara selama 230 tahun. Dalam dokumen dakwaan hanya ada delapan nama korban yang semuanya berasal dari Suriah.

Pelaku berinisial EE itu melakukan aksinya di wilayah yang tidak bisa dilihat kamera pengawas, seperti toilet. Jurnalis korban BirGun, Erik Acarer yang pertama kali menguak kisah ini mengatakan banyak keluarga korban memilih tidak melapor karena takut dideportasi ke tempat asal mereka.

EE adalah warga negara Turki asal distrik Bozova, provinsi Sanliurfa. Pengadilan berencana menjatuhkan putusan pada 1 Juni. Sebelumnya, sejumlah korban telah memberikan kesaksian terkait bukti krusial.

Salah satu korban mengatakan EE mengiming-iminginya dengan bayaran uang. "EE memanggil dan membawa saya ke toilet. Ia menawarkan 1,5 lira untuk hubungan seksual. Saya menolak. Tapi kemudian ia memaksa dan memperkosa saya," kata korban berinisial AD.

Baca juga, Bantuan Pangan ACT Sampai ke Kamp Pengungsi Suriah.

Menurutnya, EE melakukan hal itu berkali-kali di lain hari. Korban lain berusia 12 tahun berinisial MH. Menurut MH, EE melecehkannya pada Ramadhan. Seorang korban lain, HI bercerita bagaimana ia melarikan diri dari EE.

"Ia memanggil saya ke toilet untuk 'bersenang-senang' dan ia janji memberikan 10 lira," kata anak itu. Beruntung, EE melupakan sesuatu hingga ia meninggalkan HI. Saat itulah HI melarikan diri dan memberitahu ayahnya. Kemudian mereka pergi ke polisi dan melaporkan semua.

Fasilitas kamp di Antep itu merupakan salah satu yang diawasi langsung oleh Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu. Sejumlah petinggi Eropa juga pernah mendatangi kamp, seperti Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk.

sumber : RT
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement