Kamis 19 May 2016 01:02 WIB

Arab Saudi Cari Solusi Alternatif Atasi Konflik Suriah

Rep: Puti Almas/ Red: Nur Aini
Pasukan bersenjata di kawasan konflik Suriah
Foto: Youtube
Pasukan bersenjata di kawasan konflik Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Menteri Luar negeri Arab Saudi, Adel al-Jubeir mengatakan saat ini adalah waktu yang tepat untuk mempertimbangkan alternatif dalam mengatasi konfik Suriah. Hal ini mengingat banyak pihak yang terus meremehkan perjanjian internasional terkait konflik di negara tersebut.

Pernyataan Jubeir tersebut diungkapkan dalam pertemuan internasional Suriah Support Group (SSG) di Wina, Austria. Saat itu, pertemuan tidak menghasilkan gagasan yang jelas mengenai solusi untuk mengakhiri perang Suriah.

"Kami sedang mempertimbangkan solusi alternatif, termasuk bantuan militer terhadap pemberontak jika Pemerintah Suriah yang dipimpin Bashar Al-Assad terus melanggar gencatan senjata," ujar Jubeir, dilansir Middle East Online, Rabu (18/5).

Menurut Jubeir, rencana alternatif ini hendak dilaksanakan secepatnya oleh Arab Saudi. Ia juga bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov di sela-sela acara tersebut.

"Baik Kerry maupun Lavrov mengatakan sepakat memperkuat perjanjian gencatan senjata antara pasukan Pemerintah Suriah dan pemberontak yang selama ini masih sering dilanggar," kata Jubeir.

Meski demikian, AS dan Rusia masih memiliki perbedaan pendapat untuk mengakhiri konflik Suriah. Kerry mengatakan jika terdapat konsekuensi bagi pihak yang melanggar senjata dan negaranya akan tetap mempertahankan tekanan pada Assad.

Sementara, Lavrov menegaskan bahwa pasukan Assad adalah tentara terbaik untuk melawan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Karena itu, Rusia akan terus mendukung Presiden Suriah tersebut.

Sebelumnya, PBB juga telah gagal dalam menentukan waktu pengadaan perundingan damai. Utusan PBB Staffan De Mistura mengatakan hal itu belum bisa diselenggarakan jika rezim Assad dan oposisi Suriah melakukan gencatan senjata secara nyata.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement