REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Media massa di Malaysia dalam beberapa hari ini menyoroti rencana pemerintah Indonesia yang akan menghentikan pengiriman pembantu rumah ke luar negeri mulai 2017, termasuk ke negari jiran ini.
Berbagai pihak di Malaysia memandang rencana pemerintah Indonesia itu akan berdampak nyata mengingat keberadaan tenaga PRT dari sejumlah daerah di Tanah Air terbilang cukup besar, sekitar 230 ribu orang berdasarkan data 2015.
Terkait rencana tersebut, pemerintah Malaysia pun berharap Indonesia dapat meneliti kembali keputusan berkaitan pengiriman tenaga kerja untuk sektor pembantu rumah ke luar negeri.
Wakil Perdana Menteri Malaysia, Ahmad Zahid Hamidi usai membuka Rapat Alumni Nusantara di Gedung CAC Universitas Islam Antarbangsa (UIA), Gombak, Kuala Lumpur, Malaysia menyampaikan masalah tersebut harus dibicarakan lebih mendalam.
"Saya tengah berupaya mendapatkan informasi terperinci mengenai perkembangan tersebut dan kami pun akan mengundang Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri ke Malaysia untuk melakukan perundingan lebih lanjut," ucapnya, Kamis (19/5).
Zahid Hamidi, yang juga Menteri Dalam Negeri Malaysia merasakan masih banyak peluang bagi kedua negara untuk berunding dalam menyelesaikan permasalahan di sektor ketenagakerjaan.
Sejumlah warga Malaysia menanggapinya dengan berbagai pandangan terkait rencana penghentian pengiriman PRT Indonesia ke luar negeri termasuk ke negaranya.
"Keputusan Indonesia melarang penduduknya bekerja sebagai pembantu dapat membuka peluang kepada warga setempat Malaysia untuk bekerja di sektor penjagaan anak-anak dan pengurusan rumah," demikian disampaikan seorang warga Malaysia seperti dikutip dari media setempat.
Presiden Persatuan Majikan Amah Malaysia (MAMA), Engku Ahmad Fauzi Engku Muhsen memberikan pandangannya keputusan Indonesia itu bukan suatu yang mengejutkan. Namun demikian, di sisi lain, Kamboja, Filipina, Vietnam dan Nepal juga berminat menyediakan tenaga pembantu rumah ke Malaysia.
Baca: Disabilitas tak Halangi Pengungsi Suriah Ini Selamatkan Putrinya dari ISIS