REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Apakah jatuhnya Egypt Air hanya kebetulan? Pesawat jet Egypt Air yang terjun ke laut Mediterania, Kamis (19/5), pernah menjadi target pengacau politik yang menulis dalam bahasa Arab lewat grafiti. "Kami akan membawa pesawat ini ke bawah."
Dilansir dari The New York Times, Ahad (22/5), tiga petugas keamanan Egypt Air menceritakan grafiti yang berisi ancaman tersebut muncul dua tahun silam. Bermain pada kesamaan fonetik antara dua huruf terakhir kode registrasi pesawat, SU-GCC, dan nama keluarga presiden Mesir, Abdel Fattah el Sisi, beberapa pekerja juga menulis 'pengkhianat' dan 'pembunuh'.
Seorang pejabat secara terpisah mengatakan grafiti tersebut berkaitan dengan situasi politik dalam negeri Mesir pada saat itu, bukan ancaman seorang militan. Grafiti serupa terhadap el-Sisi juga tertulis di Kairo setelah militer menggulingkan presiden terpilih, Mohamed Morsi, pada 2013.
Sejak itu, maskapai telah memberlakukan berbagai langkah-langkah keamanan baru dalam menanggapi gejolak politik Mesir, kekerasan, jihad, dan bencana penerbangan lainnya. Egypt Air telah memecat sejumlah karyawan karena kecenderungan politik mereka dan menambah penjaga keamanan bersenjata ekstra dalam penerbangan.
Tiga penjaga keamanan ikut tewas dalam kecelakaan Kamis kemarin. Otoritas penyelidikan kecelakaan udara Prancis menegaskan bahwa data menunjukkan beberapa alarm asap telah diaktifkan saat pesawat jatuh ke laut. Penerbangan dari Charles de Gaulle Airport di Paris itu memuat 66 orang.
Mereka menyatakan bahwa sinyal yang dikirim oleh sistem pemantauan di papan Airbus A320 tidak menawarkan informasi apapun yang cukup untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan.
"Itu bukan pesan yang memungkinkan kita untuk menafsirkan apa-apa," tegas juru bicara Biro Investigasi dan Analisis Perancis, Sebastian Barthe. Ia menambahkan, jika ada asap, berarti ada potensi kebakaran di suatu tempat. Tetapi, hingga kini penyelidikan belum menemukan asal api.