REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Seorang perempuan pendaki asal Australia tewas saat turun dari puncak Gunung Everest, kata para pejabat lokal di Kathmandu pada Ahad (22/5), kematian kedua di gunung tertinggi di dunia itu dalam beberapa hari terakhir. Kematian Maria Strydom yang berusia 34 tahun pada Sabtu juga dikonfirmasi oleh Universitas Monash di Melbourne, tempat dia bekerja sebagai dosen.
Para pejabat di Nepal mengatakan upaya sedang dilakukan untuk mengambil tubuhnya dari gunung. Kematian itu adalah yang kedua di puncak Everest tahun ini dan bisa berdampak pada para pendaki gunung di Nepal, tempat gempa besar tahun lalu menewaskan sedikitnya 18 orang di Base Camp Everest.
Pada Jumat, pendaki Belanda Eric Ary Arnold tewas setelah mencapai puncak Everest 8.850 meter (29.035 kaki). Strydom adalah bagian dari kelompok yang sama dengan Arnold. Ia mengalami penyakit ketinggian saat turun dari Kamp Empat, yang terletak di ketinggian sekitar 8.000 meter (26.246 kaki), menurut perusahaan yang berkantor di Kathmandu yang mengatur ekspedisinya.
"Kami sedang menunggu pemimpin ekspedisi dan pendaki lainnya dalam kelompok itu untuk tiba ke base camp," kata Pasang Phurba dari Seven Summits Treks.
"Kami kemudian akan membahas (upaya untuk mengambil) jenazahnya. Tidak bisa ditinggalkan di sana seperti itu," katanya kepada Reuters.
Dia juga mengatakan salah satu pendaki India yang menderita penyakit beku diselamatkan dari Kamp Dua, terletak di ketinggian sekitar 6.400 meter (21.000 kaki).
Gempa tahun lalu memaksa ratusan pendaki untuk meninggalkan ekspedisi mereka. Gempa itu, yang terburuk dalam sejarah Nepal, menewaskan 9.000 orang di seluruh penjuru Himalaya.
Lebih dari 350 pendaki telah mencapai puncak Everest bulan ini dari sisi Nepal gunung itu sementara beberapa orang telah naik dari Tibet.
Di antara mereka adalah 19 tahun Alyssa Azar, yang pada Sabtu menjadi pendaki termuda Australia ke puncak Everest, dan Lhakpa Sherpa, mencatat rekor baru sebagai pendaki perempuan yang telah mencapai tujuh puncak.