REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebelum masa jabatannya berakhir, Presiden Amerika Serikat Barack Obama melakukan banyak kunjungan luar negeri. Sejak Sabtu (21/) kemarin, ia menghabiskan waktu tiga hari di Vietnam. Dalam kunjungannya ia akan berhenti di Hanoi, Ho Chi Minh City, dan Saigon.
Setelah tiga hari di Vietnam ia juga akan mengunjungi Jepang untuk pertemuan Tujuh Negara Industri dan pertemuan bersejarah di Hiroshima. Selama perjalanannya mengelilingi Asia, Obama melakukan pergerakan ke-12 negara yang tergabung dalam trans-Pacific Trade Agreement (TPTA).
Vietnam dan Jepang termasuk dalam 12 negara yang menandatangani perjanjian tersebut. Perjanjian TPTA akan membuat perusahaan dan pekerja Amerika Serikat dapat bersaing lebih sehat di Asia.
Associated Press mengatakan hal ini mendapat tentangan keras dari para calon kandidat dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat 2016.
Dalam perjalanannya ke Vietnam, Obama mendapatkan surat dari lima senator dari Partai Republik. Surat tersebut ditanda tangani oleh Marco Rubio dari Florida, John Boozman dari Arkansas, John Cornyn dari Texas, James Lankford dari Oklahoma, dan Bill Cassidy dari Lousiana. Mereka memberi lebel Vietnam sebagai rezim paling ditaktor di dunia dan meminta Obama untuk menekan Pemerintah Vietnam menghargai Hak Asasi Manusia.
Sebelum Obama meninggalkan Vietnam, pemerintah Vietnam melepaskan seorang Pastor Katolik yang dikenal sebagai pembangkang pemerintah. Langkah ini dipandang sebagai niat baik sebelum Presiden meninggalkan Hanoi Ahad (22/5) kemarin.
Obama melakukan tur perpisahan global di masa-masa akhirnya menjabat. Sebelum Vietnam ia sudah mengunjungi beberapa negara seperti Kuba, Arab Saudi, Jerman dan Inggirs. Bulan depan Obama akan melakukan perjalanan ke Kanada. Pada bulan Juli Obama akan mengujungi Polandia untuk menghadiri pertemuan puncak NATO. Ia juga diharapkan menjadi Presiden pertama Amerika Serikat yang mengujungi Laos.
Obama juga diharapkan untuk hadir dalam pertemuan puncak Kelompok 20 Negara Industri dan Berkembang di Cina.
Ikuti Whatsapp Channel Republika