Senin 23 May 2016 09:31 WIB

Banyak Pengungsi Anak di Yunani tak Bisa Pegang Pensil

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Teguh Firmansyah
Pengungsi Suriah di Pulau Lesbos, Yunani.
Foto: bbc
Pengungsi Suriah di Pulau Lesbos, Yunani.

REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Lebih dari satu dari lima anak-anak pengungsi usia sekolah di Yunani belum pernah sekolah. Pengungsi anak terdampar di Yunani telah keluar sekolah rata-rata selama 1,5 tahun dan banyak dari mereka bahkan tidak bisa memegang pensil.

Menurut penelitian baru oleh badan bantuan Save the Children, pengungsi anak Suriah lebih lama jauh dari ruang kelas. Rata-rata lebih dari dua tahun (25,8 bulan) mereka meninggalkan kelas. Pengungsi anak Afghanistan telah keluar dari sekolah selama rata-rata 10,7 bulan.

Beberapa guru di kamp-kamp telah menyiapkan ruang kelas. Anak-anak yang sudah tertinggal jauh di belakang tingkat pendidikan pun harus mengejar.

Sacha Myers, manajer komunikasi Save the Children mengatakan, beberapa guru pengungsi mulai melakukan inisiatif sendiri dengan sejumlah kecil bahan yang mereka miliki.

"Salah satu guru sekolah dasar dari Suriah yang kini tinggal di Nea Kavala telah membersihkan ruang di tenda dan memiliki 25 anak di kelas bahasa Arab dan matematika," katanya seperti dilansir the Independent, Senin (23/5).

Guru tersebut mengatakan kepada staf Save the Children, anak-anak tidak belajar apa-apa selama tiga atau empat tahun. "Banyak bahkan tidak tahu bagaimana memegang pensil atau duduk dan mendengarkan di kelas, lanjut Myers.

Penelitian yang dilakukan di Yunani utara ini mengumpulkan informasi mengenai sekitar 130 anak-anak antara usia enam hingga 17 tahun.

Baca juga, Disabilitas tak Halangi Pengungsi Suriah Ini Diselamatkan Putrinya dari ISIS.

Rowan (12 tahun), yang namanya telah diubah untuk melindungi identitasnya, merupakan salah satu korban perang. Ia melarikan diri dari Suriah dengan keluarganya empat tahun lalu ketika berada di Tahun Tiga dan belum pernah sekolah lagi sejak itu.

Sampai bulan lalu, keluarganya telah tinggal di Turki dan mereka tidak memiliki uang untuk mengirimnya ke sekolah di sana. "Sekarang saya harus di sekolah menengah. Saya merasa seperti saya kehilangan begitu banyak hal. Saya ingin pergi ke sekolah lagi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement