Senin 23 May 2016 16:09 WIB

Koran Jerman: Turki tak akan Dapat Bebas Visa Sebelum 2017

Rep: Gita Amanda/ Red: Teguh Firmansyah
 Pengungsi Suriah menanti untuk menyeberang ke Turki dibalik pagar kawat berduri.  (REUTERS/Umit Bektas)
Pengungsi Suriah menanti untuk menyeberang ke Turki dibalik pagar kawat berduri. (REUTERS/Umit Bektas)

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Koran Jerman, Bild, mengutip sumber di Berlin pada Senin (23/5) melaporkan pemerintah Jerman tak mengharapkan Turki akan mendapat bebas visa masuk Uni Eropa sebelum 2017. Hal tersebut dikarenakan Ankara dianggap tak akan memenuhi persyaratan hingga akhir tahun ini.

Turki dan Uni Eropa telah membahas masalah pembebasan visa sejak 2013 lalu. Pada Maret, mereka telah setuju untuk terus mengupayakan ini sebagai bagian dari kesepakatan untuk menghentikan aliran imigran gelap dari Turki ke Uni Eropa.

Saat dikonfirmasi mengenai perihal Jerman yang tak mengharapkan Turki mendapat bebas visa sebelum 2017, juru bicara pemerintah Jerman enggan mengomentari.

Namun dari jajak pendapat yang dilakukan Forsa untuk surat kabar Jerman Handelsblatt menunjukkan hampir dua pertiga dari warga Jerman tak setuju dengan kesepakatan Uni Eropa-Turki. Padahal Kanselir Jerman Angela Merkel memimpin kesepakatan yang juga terkait migran ini.

Saat ditanya apakah warga Jerman pikir politik Turki Merkel benar atau tidak? Sebanyak 59 persen responden mengatakan 'tidak', sedangkan sisanya setuju.

Survey juga mempertanyakan soal popularitas Merkel. Hasil survey menunjukkan 44 persen warga Jerman masih menginginkan Merkel kembali menjadi kanselir pada pemilihan 2017 mendatang, sementara 47 persen menyatakan 'tidak'.

Baca juga, PM Inggris: Turki Bisa Bergabung dengan UE pada 3000.

Beberapa politisi mengatakan masuknya migran bisa menjadi solusi atas kekurangan tenaga kerja terampil di Jerman. Tapi, 56 persen responden Jerman mengatakan mayoritas pengungsi tak dapat diintegrasikan ke dalam pasar tenaga kerja di Jerman. Sekitar 38 persen menyatakan mereka bisa diintegrasikan. Jajak pendapat tersebut dilakukan pada 1.002 responden dalam periode waktu 17 hingga 18 Mei.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement