Senin 23 May 2016 16:13 WIB

Presiden Terpilih Filipina Lawan Gereja dengan Kebijakan Tiga Anak

Rodrigo Duterte
Foto: AP/Bullit Marquez
Rodrigo Duterte

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte mengatakan ia akan menentang Gereja Katolik Roma serta memberlakukan kebijakan tiga anak. Langkahnya itu menempatkan dirinya dalam perselisihan baru dengan para uskup, sehari setelah ia menyebut mereka anak-anak pelacur.

Wali Kota di wilayah selatan Filipina itu belum dinyatakan sebagai pemenang pemilu 9 Mei, namun hitung suara tidak resmi oleh badan pemantau yang diakreditasi oleh komisi pemilu menunjukkan ia berada di depan dari keempat pesaingnya, tiga diantaranya sudah mengaku kalah. Duterte akan menduduki jabatan barunya pada 30 Juni.

Komentar-komentar Duterte yang seringkali keterlaluan membuat ia mendapat banyak dukungan. Ancamannya membunuh para penjahat dan gurauan soal korban pemerkosaan yang dibunuh sepertinya tidak menghalangi popularitasnya di negara berpenduduk mayoritas Katolik itu.

"Saya hanya ingin tiga anak di setiap keluarga. Saya seorang Kristen, tetapi saya ini realistis sehingga kita harus melakukan sesuatu atas masalah kepadatan penduduk. Saya akan menentang pendapat atau keyakinan gereja," kata Duterte, Ahad (22/5) di Davao.

Sekitar 80 persen penduduk Filipina yang berjumlah 100 juta merupakan penganut Katolik, jumlah terbesar di kawasan Asia, yang menentang aborsi dan kontrasepsi. Pada Sabtu, ia mengkritik gereja sebagai institusi paling munafik, mencampuri kebijakan pemerintah dan mengatakan beberapa uskup memperkaya diri dengan uang dari rakyat miskin.

"Anda anak-anak pelacur, apakah Anda tidak malu? Anda meminta begitu banyak kemudahan, bahkan dari saya," kata Duterte dalam wawancara yang disiarkan saluran televisi GMA.

Monsinyur Oliver Mendoza, jurubicara keuskupan Lingayen yang pemimpinnya adalah Presiden Konferensi Uskup Katolik Filipina, mengatakan, gereja menghormati pendapat Duterte namun mereka akan terus berbicara menentang kebijakan pemerintah yang bertentangan dengan ajaran gereja.

"Karena jika kami tidak mampu melakukan itu, jika kami menutup mata, jika kami menutup mulut, kami menutup telinga, apa peran gereja?" katanya.

Para pengamat politik mengatakan mereka tidak terkejut dengan pernyataan-pernyataan Duterte tersebut karena beberapa uskup bersuara menentangnya selama masa kampanye pemilihan umum. "Seperti politisi liberal, sekuler lainnya, Duterte adalah seorang penganut deisme. Ini merupakan posisi menghibur diri terpikir keluar dari kesombongan manusia. Ia akan melakukannya seperti yang ia mau kecuali dihentikan oleh kritik masyarakat," kata Joselito Zulueta dari Universitas Santo Tomas.

Ia mengatakan pemerintahan Duterte diperkirakan akan terlibat lebih banyak perselisihan dengan gereja Katolik, bukan hanya soal populasi, namun juga soal pemberlakuan kembali hukuman mati, legalisasi perceraian dan rencana pembagian alat kontrasepsi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement