REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Polisi Thailand menembak mati seorang warga Rohingya dari Myanmar, Senin (23/5), dalam insiden dramatis pelarian massal tahanan dari kamp imigrasi di Thailand selatan.
Letkol Polisi Noppadon Rakchart mengatakan 21 warga Rohingya kabur dari Pusat Tahanan Imigrasi Phangnga sekitar pukul satu dini hari setelah menggergaji jeruji besi di sel mereka. Seorang tahanan ditembak mati dan tiga lainnya ditahan setelah melemparkan batu dan memukul polisi dan petugas imigrasi yang mengejar.
Sebanyak 17 lainnya berhasil kabur. Puluhan ribu manusia perahu Rohingya melarikan diri dari kemiskinan dan penganiayaan di Myanmar barat sejak kekerasan berlatar belakang agama meletus di negara asalnya pada 2012. Banyak diantaranya menuju Malaysia, namun seringkali terjebak dalam kamp-kamp perdagangan manusia di hutan di Thailand selatan atau ditahan pihak berwajib.
Sebagian besar warga Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan dan tidak diakui oleh kedua negara, baik Bangladesh maupun Myanmar, yang mereka sebut kampung halaman. Masalah ini mempersulit proses pemulangan kembali sehingga memperparah situasi di pusat-pusat tahanan Thailand yang sudah melampaui kapasitas. Akibatnya tahanan Rohingya sering mencoba kabur.
"Insiden terbaru itu dipicu stres dan kerinduan akan kampung. Mereka sudah berada di dalam selama hampir setahun," kata Noppadon.
Kepala Polisi Phangnga Mayjen Polisi Worawit Parnprung mengatakan kepada Reuters seorang warga Rohingya dibunuh karena ia menolak ditahan dan menyerang polisi. "Polisi harus mempertahankan diri," katanya.
Pusat tahanan Phangnga menahan 28 warga Rohingya, semuanya masuk Thailand secara ilegal dengan kapal. Jumlah migran yang meninggalkan Myanmar dan Bangladesh dengan kapal pada 2015 turun drastis setelah kedua negara melancarkan penumpasan terhadap penyelundup manusia.
Baca juga: AS Protes Kebijakan Suu Kyi Soal Rohingya