Selasa 24 May 2016 08:37 WIB

Menlu Eropa Berkumpul Bahas Ancaman ISIS dan Suriah

Bendera Uni Eropa.
Foto: EPA/Patrick Seeger
Bendera Uni Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Para Menteri Luar Negeri Uni Eropa (EU) berkumpul di Brussels, Senin (23/5), membahas strategi EU menyangkut Suriah dan Irak, soal ancaman ISIS serta krisis migran.

Menjelang berlangsungnya pertemuan Dewan Hubungan Internasional, Kepala Kebijakan Luar Negeri EU Federica Mogherini mengatakan, "Adalah hal yang penting untuk mengalahkan ISIS guna menjamin keamanan Eropa dan yang paling penting, adalah meningkatkan kehidupan rakyat Suriah, memastikan perundingan politik di Jenewa dimulai kembali dan membawa hasil."
 
Perundingan yang ia maksud adalah upaya yang dipimpin Perserikatan Bangsa-bangsa memperantarai perundingan perdamaian antara pemerintah Suriah dan pihak oposisi di negara itu. "Juga penting untuk menjaga Irak tetap diperhatikan karena setiap hari tugas kita tidak terbatas pada Suriah saja, melainkan juga pada masalah Irak," ujarnya.
 
Strategi kawasan EU terkait Suriah dan Irak, yang dijadwalkan akan dibahas pada pertemuan Dewan Hubungan Luar Negeri, disahkan pada Maret lalu. Strategi tersebut merupakan rancangan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh EU dan negara-negara anggotanya untuk membantu mengembalikan perdamaian dan keamanan di Suriah dan Irak.
 
Dalam pertemuan itu, Mogherini dijadwalkan memberikan paparan kepada para menteri luar negeri soal Strategi Global Uni Eropa yang akan ia sampaikan beberapa pekan mendatang. Strategi Global ditujukan untuk menjadi panduan bagi EU dalam melakukan aksi global dalam tahun-tahun mendatang.
 
Michael Roth, menteri muda pada Kementerian Luar Negeri Jerman, setelah tiba di Brussels mengatakan topik utama pertemuan akan menyangkut migrasi. Ia juga mengungkapkan para pejabat akan membahas upaya lebih baik dalam menangani secara bersama-sama penyebab krisis tersebut.
 
"Tidak ada migran yang mengungsikan diri karena keinginan mereka sendiri dan kita perlu membuat strategi baru untuk masa depan," kata Roth.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement