REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Seorang pejabat senior Korea Utara (Korut) pada Senin (23/5), mengatakan Korut menolak usulan Donald Trump untuk bertemu dengan Kim Jong Un. Menurutnya proposal dari calon kandidat presiden Amerika Serikat itu hanya propaganda atau iklan untuk pemilihan.
Trump dalam sebuah wawancara dengan Reuters pekan lalu di New York, mengatakan ia bersedia berbicara dengan pemimpin Korut untuk menghentikan program nuklir Pyongyang. Ia mengusulkan perubahan besar dalam kebijakan AS terhadap negara terisolasi itu.
Menurut So Se Pyong yang merupakan ambasador Korut untuk PBB di Jenewa, pada dasarnya terserah keputusan Kim apakah ia akan memenuhi atau tidak undangan pertemuan itu nantinya. Tapi So pikir ucapan maupun usulan Trump hanya omong kosong.
"Ini hanya untuk pemilihan presiden, semacam propaganda atau Iklan. Ini tak berarti, hanya isyarat untuk pemilihan presiden. Tak ada makna, tak ada ketulusan," ujar So.
Korut selama ini telah memicu reaksi internasional karena uji coba nuklirnya pada Januari lalu. Namun So menegaskan, negaranya siap untuk kembali ke perundingan enam negara mengenai program nuklirnya.
Menurut So, sebagai negara nuklir yang bertanggung jawab mereka tak akan memulai menggunakan senjata itu. Tapi menurutnya jika AS menggunakan senjata nuklir pertama mereka, maka Korut juga bisa menggunakannya.
"Jika AS mengubah kebijakan bermusuhan dan mengubah sikap mereka, maka kami juga (bisa) memiliki hubungan sebagai neagra yang normal," kata So.
So juga mengatakan, Korut tak akan berbagi teknologi nuklir dengan negara-negara lain. Menurutnya sebagai negara nuklir yang bertanggung jawab mereka akan terus menjaga dan mengawasi kewajiban teknologi nuklir non-proliferasi.