REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris David Cameron memperingatkan, biaya liburan keluarga bisa naik 230 poundsterling, bahkan terjun ke masa kegelapan jika Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit).
Dalam peringatan terbaru tentang Brexit, Cameron berpendapat biaya liburan dan akomodasi bisa meningkat karena poundsterling jatuh.
Dalam analisis baru, Departemen Keuangan mengaku harga liburan bisa naik musim panas ini karena mata uang pound cenderung turun 12 persen. Hal ini membuat biaya akomodasi, makanan dan minuman lebih tinggi bagi mereka yang bepergian ke luar negeri. Dengan begitu, dua tahun setelah Inggris meninggalkan Uni Eropa, rata-rata liburan untuk empat orang bersama-sama selama delapan malam di Eropa membutuhkan 230 poundsterling lebih.
Pemerintah berargumen, manfaat lain juga berisiko, termasuk akhir biaya roaming 2017, kesehatan gratis dalam Uni Eropa dan minuman keras di kapal pesiar.
"Semua bukti menunjuk ke jatuhnya nilai pound setelah pemungutan suara untuk meninggalkan Uni Eropa. Pound lemah, berarti penghematan susah payah dan tidak akan pergi liburan di luar negeri," Cameron memperingatkan dilansir dari The Guardian, Senin (23/5).
"Pilihan yang dihadapi warga Inggris pada 23 Juni semakin jelas, yakni kepastian dan keamanan ekonomi di Uni Eropa atau lompatan dalam kegelapan yang akan menaikkan harga, termasuk biaya liburan keluarga," tegasnya.
Peringatan Cameron ini menambahkan pernyataan ketua maskapai, termasuk Carolyn McCall dari Easy Jet dan Michael O'Leary dari Ryanair harga penerbangan bisa terpengaruh.