Selasa 24 May 2016 10:11 WIB

Perubahan Iklim Tingkatkan Penyebaran Sianida pada Makanan

Sianida ditemukan di banyak bahan alami, seperti biji buah-buahan tertentu.
Foto: flickr
Sianida ditemukan di banyak bahan alami, seperti biji buah-buahan tertentu.

REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI -- Program Lingkungan Hidup PBB (UNEP) telah mengaitkan kemarau dan banjir dengan meningkatnya peristiwa tersebarnya zat beracun pada bahan manakan seperti sianida pada pangan, yang menjadi penyebab kematian juraan orang di seluruh dunia.

Jacqueline McGlade, Kepala Ilmuwan UNEP, pada Senin (23/5) mengatakan dampak dari perubahan iklim ialah peningkatan penyebaran sianida pada bahan makanan, kebanyakan akibat aflotoxin. Aflotoxin adalah bahan kimia beracun yang menyebabkan kanker dan diproduksi oleh bahan tertentu (Aspergillus flavus and Aspergillus parasiticus) yang tumbuh di tanah, gandum, jerami, dan sayuran busuk.

"Ada masalah racun bagi kesehatan manusia yang disebabkan oleh aflotoxin. Jagung dalam menanggapi kemarau dan banjir kadangkala akibat kandungan yang lembab di tempat penyimpanan dapat menyebabkan aflotoxin. Masalahnya ialah apa yang kita kerjakan untuk menghadapi aspek perubahan iklim ini," kata McGlade.

UNEP mengatakan di dalam satu laporan baru yang disiarkan di Nairobi dalam Sidang Umum Lingkungan Hidup PBB (UNEA) sedikitnya 12,6 juta orang meninggal pada 2012 akibat lingkungan hidup yang tidak sehat. UNEP memperingatkan risiko lingkungan hidup merenggut korban paling banyak di kalanan anak dan orang tua.

Dalam pertemuan UNEP di Nairobi, tempat 130 menteri lingkungan hidup menjadi bagian dari 2.500 peserta yang hadir, Direktur Pelaksana UNEP Achim Steiner mengatakan ada kebutuhan mendesak guna menangani perubahan iklim secara efektif.

"Penekanan kami pada pertumbuhan ekonomi kami dengan nama pembangunan mulai membunuh banyak orang. Jika anda mengetahui sesuatu membunuh seseorang dan anda terus melakukannya, maka itu adalah perbuatan sengaja," kata Steiner.

Pertemuan UNEP, yang menekankan pada cara menangani perubahan iklim secara efektif, telah menyampaikan keprihatinan mengenai risiko penyebaran penyakit secara global dengan kecepatan yang jauh meningkat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement