Selasa 24 May 2016 15:44 WIB

Kamboja Hidupkan Kembali Perjanjian Pengungsi dengan Australia

Awal bulan ini, sekelompok pengungsi di Nauru mengirim surat ke Perdana Menteri Selandia Baru, John Key meminta dimukimkan di Selandia Baru.
Foto: ABC
Awal bulan ini, sekelompok pengungsi di Nauru mengirim surat ke Perdana Menteri Selandia Baru, John Key meminta dimukimkan di Selandia Baru.

REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Kamboja mengatakan akan mengirim tim ke pusat tahanan di Pasifik Selatan pada Juni untuk mewawancarai dua pengungsi yang bersedia dimukimkan, Selasa (24/5). Kamboja juga menghidupkan kembali perjanjian dengan Australia yang nyaris terbengkalai.

Australia bertekad menghentikan pencari suaka, yang berlayar dari Indonesia dan Sri Lanka, mendarat di pantainya dan sebaliknya mencegat kapal tersebut di laut dan menahan penumpangnya di kamp di Papua Nugini dan Nauru.

Kamboja pada 2014 sepakat dengan Australia untuk menampung para pengungsi dari Nauru, dengan imbalan bantuan 40 juta dolar Australia, namun negara tersebut kemudian mengancam akan mundur dari perjanjian. Hanya lima orang pengungsi yang sudah dikirim ke Kamboja berdasar persetujuan itu dan tiga diantaranya kemudian memilih untuk pulang.

Namun sekarang dua orang lagi kemungkinan akan datang.

"Tim kami siap berangkat dan mewawancarai dia lagi pengungsi, yang sukarela untuk dimukimkan," kata Tan Sovichea, kepala bagian pengungsi Kementerian Dalam negeri kepada Reuters pada Selasa.

Sovichea mengatakan timnya yang terdiri atas tiga orang akan terbang ke Nauru pada pekan pertama Juni untuk memeriksa para pengungsi tersebut, yaitu seorang pria dan wanita Iran. Kelompok hak asasi manusia mengecam Australia karena berupaya memukimkan pengungsi di negara-negara lebih miskin seperti Kamboja.

Seorang pria suku Rohingya dari Myanmar dan satu pasangan Iran, yang semuanya meninggalkan Nauru menuju Kamboja pada 2015, sudah pulang ke kampung mereka. Dua pengungsi tersisa di Kamboja adalah seorang pria Rohingya dan seorang warga Iran.

Sovichea mengatakan Australia awalnya menunda perjalanan tersebut, yang seharusnya dilakukan pada 2 Mei, dengan alasan tidak jelas. Pejabat Australia juga tidak menetapkan tanggal pasti untuk kepergian tim mereka pada Juni. Pejabat Kementerian Luar Negeri Australia dan Departemen Imigrasi tidak menjawab telepon dan surat elektronik dari Reuters untuk meminta tanggapannya.

 

Baca: Duterte akan Izinkan Diktator Filipina Dikubur di Makam Pahlawan

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement