REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte pada Kamis (26/5), meminta maaf kepada Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau atas pemenggalan sandera Kanada bulan lalu oleh kelompok militan di Sulu.
Hal itu disampaikannya setelah Trudeau menyampaikan ucapan selamat atas kemenangann Duterte dalam pemilihan, Selasa (24/5). Duterte mengatakan kepada wartawan ia meminta maaf atas pemancungan sandera, John Ridsdel yang merupakan seorang warga Kanada.
"Saya mengatakan 'Pak Perdana Menteri, saya mohon maaf atas kejadian tersebut. Kami akan melakukan yang terbaik dan memastikan hal itu tak akan terulang lagi, dan anda bisa yakin saatnya nanti kita akan mampu menangkap penjahat dan menegakkan keadilan," kata Duterte.
Militan di Provinsi Sulu, pada 25 April lalu memenggal John Ridsdel setelah mereka gagal mendapatkan uang tebusan sebesar 300 juta peso. Trudeau mengutuk pembunuhan tersebut.
Duterte mengatakan, ia dan Trudeau juga membahas masalah hak asasi manusia. Ia mengatakan kepada Trudeau akan mengikuti Deklarasi Universal mengenai HAM, tapi dengan beberapa pengecualian.
Duterte selama ini dikritik karena catatan buruknya terkait HAM, di Davao. Peneliti mengatakan mereka telah menemukan bukti kuat peran langsung Duterte dalam aksi main hakim sendiri yang berakhir kematian.