REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, pada Senin (30/5), mengatakan bersedia membahas kembali inisiatif perdamaian Arab 2002 untuk perdamaian dengan Palestina. Kesepakatan menawarkan pengakuan diplomatik dari negara-negara Arab terhadap Israel asalkan negara tersebut sepakat dengan kenegaraan Palestina.
Komentar Netanyahu merupakan tanggapan resmi pidato Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi pekan lalu. Menurut Netanyahu, inisiatif perdamaian Arab mencakup unsur-unsur positif yang dapat menghidupkan kembali perundingan konstruktif dengan Palestina.
"Kami bersedia bernegosiasi dengan negara-negara Arab untuk inisiatif ini, sehingga dapat mencerminkan perubahan dramatis di wilayah tersebut sejak 2002, tapi tetap mempertahankan tujuan yang disepakati dua negara untuk dua bangsa," kata Netanyahu.
Inisiatif Arab pada dasarnya menawarkan pengakuan penuh untuk Israel. Namun dengan syarat Israel harus menyerahkan kembali semua wilayah yang direbutnya di Perang Timur Tengah 1967 dan sepakat memberikan 'solusi yang adil' bagi pengungsi Palestina.
Selama ini sejumlah upaya mendamaikan Israel-Palestina kerap gagal. Palestina menganggap perluasan permukiman Israel menjadi penghambat. Sementara Israel menuntut langkah-langkah pengetatan pengamanan dari Palestina yang dianggap menyerang dan mengancam keselamatan warga Israel.
Komentar Netanyahu terkait inisiatif Arab datang setelah politisi ultra-nasionalis Avigdor Lieberman dilantik sebagai menteri pertahanan baru Israel. Lieberman juga mengatakan dukungannya pada solusi dua negara dalam penyelesaian konflik dengan Palestina.
Lieberman merupakan pemukim di Tepi Barat. Ia telah memicu kontroversi di masa lalu dengan komentarnya mengenai Palestina dan minoritas Arab di Israel. Namun dalam pernyataan kepada wartawan pascaparlemen menyetujui pengangkatannya, Lieberman menyatakan dukungannya pada solusi dua negara untuk dua bangsa.