Selasa 31 May 2016 11:22 WIB

Dampak El Nino di Dunia Selain Kabut Asap Sumatra 2015

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ilham
Sejumlah pengendara melintas di jalan yang dipenenuhi kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau
Sejumlah pengendara melintas di jalan yang dipenenuhi kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bencana kabut asap tebal akibat kebakaran hutan di Sumatra dan Kalimantan pada 2015 bukanlah satu-satunya bencana yang disebabkan el nino di dunia. Meningkatnya suhu bumi juga menciptakan bencana di banyak negara lain hingga ke Afrika.

Saat ini, el nino memang sudah berakhir. Suhu di Samudera Pasifik menurun, kecepatan angin, awan, dan tekanan udara pun sudah mendekati normal. Meski demikian, sebagian negara dunia masih merasakan dampak parah dari el nino 2015.

Berikut adalah dampak-dampak 'bocah lelaki' di sejumlah negara dunia, dilansir dari IFL Science, Selasa (31/5):

1. Australia

El nino yang terjadi sepanjang 2015-2016 membuat suhu di Australia meningkat. Sepanjang April hingga Agustus 2015, hujan di atas rata-rata hanya turun di pedalaman Australia Barat, New South Wales, dan Victoria Timur. Gelombang panas di awal Oktober tahun lalu mengurangi produksi tanaman di the Murray–Darling Basin.

Musim hujan di Australia Utara tercatat sangat rendah, hanya tiga kali siklon tropis ketimbang waktu biasa yang mencapai lima siklon tropis. Minimnya hujan mengakibatkan pemutihan karang di Great Barrier Reef. Rendahnya curah hujan juga memicu musim kebakaran dengan lebih dari 70 peristiwa kebakaran tercatat di Victoria dan 55 kebakaran di Tasmania sepanjang Oktober.

Kebakaran meluas ke area the Tasmanian Wilderness World Heritage, termasuk di dalamnya hutan hujan dan hutan rawa yang selama berabad-abad tak pernah terbakar.

2. Pasifik

Di Papua Nugini, kekeringan menyebabkan gagal panen dan kekurangan hasil pangan. Tanaman pokok, seperti ubi jalar di dataran tinggi rusak parah. El nino juga membunuh tumbuhan-tumbuhan sumber pakan yang biasa dimanfaatkan sebagai cadangan makanan.

Vanuatu, Fiji, Kepulauan Solomon, Samoa, dan Tonga mengalami kekeringan ekstrem. Kiribati dan Tuvalu justru mengalami hujan intensif sehingga menyebabkan banjir dan permukaan laut lebih tinggi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement