REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Ketegangan di Laut Cina Selatan mendominasi konferensi tingkat tinggi keamanan Asia di Singapura, Jumat (2/6). Perseteruan Cina dan Amerika Serikat menjadi salah satu bahasannya.
Konferensi Shangri-La Dialogue (SLD) ini menjadi kesempatan terakhir bagi kedua negara mendulang dukungan sebelum Pengadilan Arbitrase Permanen memutuskan kasus sengketa klaim yang diajukan Filipina.
Pakar keamanan memperkirakan AS akan mencoba meyakinkan negara-negara Asia Tenggara untuk mendukung setiap putusan positif bagi Filipina. Filipina meminta pengadilan mengakui haknya untuk mengeksploitasi Laut Cina Selatan.
Konferensi Singapura ini dihadiri sekitar 20 delegasi. Selama tiga hari, konferensi menawarkan kesempatan untuk pejabat-pejabat intelijen, militer regional serta pemimpin sipil untuk melakukan debat terbuka soal tren pertahanan.
Isu lain yang diangkap diantaranya ketegangan semenanjung Korea, kelompok radikal, keamanan siber hingga presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte.
"Hanya pertemuan pemikiran yang bisa menyelesaikan dan menghindari tantangan-tantangan ini," kata Menteri Pertahanan Singapura, Ng Eng Hen. Ia juga memastikan para pemimpin mendapat kesempatan penuh untuk berinteraksi satu sama lain.
Baca: ISIS Dibombardir dengan Musik Bollywood