REPUBLIKA.CO.ID, CINA -- Umat Muslim di Xinjiang harus menjalani puasa di tengah larangan dan pembatasan pemerintah Cina. Ironisnya, di Xinjiang, umat Muslim adalah kelompok mayoritas.
Partai Komunis yang berkuasa di Cina telah memberlakukan larangan bagi para pegawai pemerintah dan anak-anak untuk menjalani puasa selama bertahun-tahun. Selain itu, pemerintah Cina tetap meminta tempat-tempat makan untuk berbuka di daerah yang menjadi rumah 10 juta Muslim Uyghur tersebut.
"Anggota partai, kader, pegawai sipil, mahasiswa dan anak-anak tidak boleh berpuasa Ramadhan, dan tidak boleh melakukan aktivitas keagamaan," tulis situs web pemerintah pusat Korla XInjiang, seperti dilansir IBTimes, Selasa (7/6).
Hal ini bertentangan dengan laporan Reuters beberapa hari lalu yang menyebutkan pejabat Cina menolak larangan apapun tentang berpuasa Ramadhan di Xinjiang. Penolakan larangan itu, termasuk soal menutup dan membuka tempat-tempat makanan yang akan diserahkan kepada kemauan pemiliknya tanpa gangguan.
Xinjiang sendiri berbatasan dengan Mongolia, Rusia Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Afghanistan, Pakistan dan India. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi bentrokan antara Muslim Uyghur dengan aparat keamanan negara, di daerah yang kaya sumber daya alam tersebut.